Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Lawan Berat Pak Jokowi Bukan Pak Prabowo?

28 Februari 2019   06:37 Diperbarui: 28 Februari 2019   07:39 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://trends24.in/indonesia/

Kontestasi Pilpres tidak sampai 50 hari lagi akan berakhir. Waktu berjalan begitu cepat, perlahan tapi pasti melewati bukit bukit harapan, lembah lembah ancaman dan jalan jalan menanjak lagi sulit. 

Debat Capres bahkan sudah 2 kali dilakukan. Masyarakat secara nasional dapat melihat ke dua paslon beradu argumen, beradu skill dan style, yang diharapkan dapat memberikan "trust" yang berujung pada hari pencoblosan pada tanggal 17 April 2019 nanti. 

Namun walaupun paslon 01 Pak JokoWi akan bersaing dengan paslon 02 di ajang pesta demokrasi Pilpres 2019 ini, namun barangkali lawan berat Pak JokoWi, bukan Prabowo.

Sampai saat ini dari hasil survey, elektabilitas Pak JokoWi masih di atas Pak Prabowo. Keyakinan akan memenangkan hasil akhir di Pilpres nanti bagi TKN paslon 01, pendukung Pak JokoWi sebagai petahana tentu tinggi. 

Namun di pihak lain BPN paslon 02 juga berpikir bahwa dukungan masyarakat terhadap Pak Prabowo semakin lama semakin meningkat. Persaingan untuk menjadi terbaik terpercaya tentu terus dilakukan. Usaha usaha untuk mendapatkan tempat terbaik bukan hanya di negeri ini, namun juga di hati rakyat terus dilakukan. 

Namun dalam usaha untuk memenangkan kontes  ajang pesta demokrasi saat ini, ternyata lawan berat Pak JokoWi justru bukan Pak Prabowo. Identifikasi dan langkah untuk melakukan serangan terhadap lawan berat Pak JokoWi terus dilakukan. Namun kayaknya usaha bisa berhasil bisa gagal.

~~

Usaha memang tidak selalu berhasil dan itu akan berlaku pada setiap orang, tentu saja termasuk saya. Usaha saya untuk menghindari perbedaan menjadi perseteruan dengan Big Bos di kantor, menumbuhkan keinginan untuk mutasi ke kantor lain. Uluran tangan Big Bos dari kantor lain, yang muncul karena out put yang saya hasilkan dalam membantu menyelesaikan problem penyusunan proposal pelaksanaan even ke luar daerah, terasa lebih menarik dari pada tetap bertahan dalam situasi dan kondisi yang sering terjadi perbedaan. Perbedaan yang dapat dikonotasikan menjadi perseteruan.

 Sangat tidak elok, rasanya sering berbeda dalam berbagai hal dengan Big Bos, bukan merupakan suatu hal yang terpuji. Apalagi kalau sampai perbedaan menjadi perseteruan sungguh sangat menyedihkan, walau pun terkadang sering membanggakan. Ah itu bisa menjurus ke riya. Tidak boleh.

Namun karena usaha untuk mutasi ke kantor lain juga gagal, bahkan ada kesan, Bos di ruangan menanyakan tentang saya dapat  undangan pelantikan, atau tidak adalah suatu modal positif. Bos di ruangan saya merupakan inner circle pimpinan daerah. 

Jika Bos sampai menanyakan posisi saya, berarti Bos di ruangan itu tahu bahwa ada anggota inner circle lain yang ingin meminta saya mutasi. Paling tidak kalau Bos di ruangan saya juga menginginkan saya dimutasi, maka mutasi itu berpeluang besar terjadi. Namun kenyataan yang harus saya terima saya gagal mutasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun