Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Perang Total Moeldoko Itu Respon Perang Frontal Djoko Santoso?

27 Februari 2019   13:25 Diperbarui: 27 Februari 2019   17:16 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat meeting tiba, saya hanya berpikir, saya akan taklukan Big Bos.

Sedang si insan pers yang bahkan dianggap paling vokal terhadap pimpinan daerah saja, bisa saya taklukan, masak  Big Bos tidak dapat saya taklukan ?

Saya masuk ruangan hanya membawa kertas kosong agak beberapa lembar.

Big Bos memimpin meeting dan langsung menunjuk satu demi satu peserta meeting untuk membacakan laporan persiapan pekerjaan yang sudah dibagi bagi. Salah seorang membaca tulisan di kertas yang disiapkan di atas meja. Teman yang magister dari PTN ternama itu, juga membaca kertas yang ada tulisannya, tapi dengan mengangkat kertas itu dengan ke dua tangannya. Ada yang menyatakan secara jujur bahan belum sempat disiapkan. 

Pada saat giliran saya tiba, saya angkat kertas kertas kosong yang saya taruh di atas meja ke atas sambil menghadap muka Big Bos. Saya merangkai kata seolah olah saya membaca tulisan yang ada di kertas. Padahal kertas itu kosong. 

Saya sampaikan tentang 5W1H dari pekerjaan itu. Kemudian saya gambarkan posisi saat ini, harapan dan tujuan serta manfaat dari pekerjaan itu kalau dilaksanakan. Bagaimana langkah langkah yang diperlukan untuk mempercepat selesainya pekerjaan. Selama saya menyampaikan rangkaian kata-kata kepada Big Bos, saya tetap memegang kertas dan seolah, membalik kertas dan melihat kertas lainnya. 

Namun saya sempat melirik kawan sebelah saya yang lulusan sastra Inggris. Saya lihat dia senyum sambil meutup mulutnya dan agak menunduk, karena hampir tidak tahan melihat aksi saya membaca kertas kosong, sementara mulut saya terus berkicau, berbuih-buih. Namun gerak teman almuni sastra Inggris itu tidak kelihatan oleh Big Bos karena, saya membaca kertas kosong itu agak miring untuk berhadapan dengan Big Bos, dengan tangan agak naik memegang kertas kosong itu, sehingga posisi teman saya yang alumni sastra Inggris itu terlindung dari pandangan Big Bos. 

Mendengar uraian saya Big Bos, minta hal hal yang harus dikoordinasikan dengan instansi tehnis dan daerah usulan, segera dilakukan. Kalau harus segera berangkat dinas luar kita, dalam rangka koordinasi boleh segera dilakukan.

Mendengar hal itu, teman saya yang alumni satra Inggris itu, sambil senyum, memberi selamat kepada saya. Dia tahu kalau saya suka melawan Big Bos.

Namun tentu hal itu, tidak mungin berlangsung lama. Saya lalu mencoba berusaha untuk pindah dari kantor itu. Kebetulan ada kantor lain yang minta bantuan untuk dibuatkan proposal suatu kegiatan. Setelah bahan bahan siap, dan sudah terjadi interaksi positif pada kantur itu, saya pun diusulkan untuk menjadi staf di kantor itu. Salah satu pertimbangannya, kepala kantor itu ikut tersinggung ketika saya beritahu kalau saya berangkat haji tanpa surat cuti.

Pada suatu hari ketika saya bersiap akan dinas ke luar kota, menjelang habis jam kerja. Saya kontak ke salah satu staf saya, apakah ada undangan pelantikan di kantor. Kata staf saya ada, tapi bukan untuk saya. Bos saya di ruangan juga sempat bertanya, apakah saya dapat undangan pelantikan ? Tambah staf saya menjelaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun