Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengapa Solari Singgung Zidane Setelah Madrid Rebut Juara Piala Dunia Antarklub?

24 Desember 2018   13:32 Diperbarui: 24 Desember 2018   13:44 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: gilabola.com

Solari berhasil melengkapi keberhasilan Madrid dalam meraih tropi. Jika Lopetegui gagal mempersembahkan tropi Juara Piala Super Eropa, karena Madrid kalah dengan Atletico, maka Solari sukses membawa Madrid meraih tropi Juara Piala Dunai Antar Klub. Solari bahkan tidak lupa menyebut Zidane setelah Madrid berhasil meraih sukses sebagai Juara Piala Dunai Antar Klub tersebut. 

Solari beranggapan bahwa keberhasilan Madrid meraih tropi Juara Piala Dunia Antar Klub itu tidak dapat terlepas dari jasa Zidane yang telah membina pemain pemain Madrid. Suatu hal yang sebetulnya wajar, mengingat Zidane merupakan manajer Madrid yang bukan saja mampu membawa Madrid menjadi Juara Liga Champions 3 (tiga) kali berturut-turut, namun Zidane jugalah yang dianggap mampu membawa pemain pemain handal  Madrid  untuk secara bersama-sama berjuang keras untuk meraih sukses dengan Madrid. Satu hal yang tidak didapatkan dari manajer lain pada saat memimpin Madrid. 

Namun bisa jadi penghormatan Solari terhadap Zidane tersebut juga dapat merupakan sinyal untuk mengingatkan bahwa manajer Madrid lain sebelum Zidane, belum pernah mampu membawa skuad Madrid meraih tropi Juara Dunia Antar Klub. Tentu lemparan sinyal Solari tidak kepada semua manajer Madrid sebelum Zidane. 

Dapat saja Solari justru ingin mengingatkan bahwa Mou pada saat menjadi manajer Madrid, belum pernah berhasil meraih tropi di luar La Liga. Bukan saja Mou belum pernah berhasil membawa Madrid meraih Juara Dunia Antar Klub, Juara Piala Super, bahkan Juara Liga Champions saja tidak untuk Madrid. 

Mou memang tidak dapat dilepaskan begitu saja dengan Madrid. Pada saat Mou menjadi manajer Madridlah, Mou menobatkan diri menjadi the Only One, karena Mou menjadi satu-satunya manajer yang mampu membawa 4 klub berbeda di 4 liga atau negara berbeda (Porto di Portugal, Chelsea di Liga Primer Inggris, Inter di serie A Itali dan tentu saja Madrid di La Liga). 

Mou yang tadinya menganggap dirinya sebagai the Special One, bukan hanya mampu membawa Porto sebagai Juara Liga Champions, kemudian mengangkat Chelsea ke puncak Liga Primer Inggris, serta tentu saja sukses membawa Inter menjadi Juara Liga Champions juga, setelah di madrid Mou merasa perlu untuk menyebut dirinya the Only One. Luar biasa Mou ini kalau soal memuji diri, padahalnya maksudnya promosi.

Awan hitam musim ketiga Mou seolah tertutup dengan masa emas musim ke dua Mou. MU menjadi salah satu klub yang boleh dianggap "terperdaya" oleh pragmatisme Mou. Pragmatisme Mou memang berhasil membawa Porto, Chelsea, Inter dan Madrid, namun ternyata gagal di MU. 

Namun pragmatisme Mou masih menjadi incaran pemilik pemilik klub klub kaya, seperti Juventus, Madrid bahkan mungkin PSG. Agnelli langsung kontak Mou begitu Mou dipecat. Apakah Agnelli merasa jika proyek besar musim ke lima Allegri di Juventus, Agnelli harus melirik Mou, belum ada informasi yang pasti. Peres bos Madrid juga mengadakan pembicaraan langsung dengan Mou. 

Tidak tertutup kemungkinan Perez akan meminta Mou kembali ke Madrid, musim depan. Hal ini langsung mendapat reaksi keras dari Ramos. Pemain bintang Madrid ini, pernah merasakan hubungan yang kurang harmonis dengan Mou. Ramos juga termasuk pemain yang dapat ditundukkan Zidane. Suatu hal yang berbeda jauh dengan kebiasaan Mou. Mou lebih sering kurang menjalin hubungan harmonis dengan beberpa pemain bintang di klub yang dipimpinnya. 

Alasan Ramos tidak ingin membicarakan Mou karena untuk menghormati Solari. Sebuah alasan yang tampak wajar untuk menolak kembalinya Mou ke Madrid. Bagai gayung bersambut, Solari pun menyebut jasa jasa Zidane dan daya juang pemain pemain Madrid yang hebat. Daya juang pemain Madrid warisan Zidane, bukan peninggalan Mou. Sebuah alasan yang nampak wajar juga dari Solari untuk menyatakan bahwa Mou belum mampu memberikan gelar untuk Madrid di luar La Liga. 

Jadi mengapa Perez harus meminta Mou kembali ke Madrid ? Barangkali maksud Solari begitu, seperti halnya Ramos yang merasa kurang harmonis dengan Mou. 

Masalahnya siapa sih yang mampu mendekte Perez, Zidane saja terpaksa mundur dengan baik-baik karena beda pandangan dengan Perez. Perez dan Mou mempunyai ambisi yang sama. High level target dan berani mengambil resiko besar. Perez juga perhitungan waktu ingin memecat Mou, karena tidak ingin memberikan kompensasi besar terhadap Mou jika memecat Mou karena masih terikat kontrak, Perez menyebut keputusan Madrid tidak lagi menjadikan Mou sebagai manajer adalah kesepakatan bersama. Abramovich juga tidak mau membayar Mou dengan jumlah besar pada pemecatan Mou dari Chelsea pada periode ke dua Mou. Hanya MU yang kelihatannya dengan terpaksa memecat Mou. 

jadi Ramos dan Solari harus berjuang keras untuk membawa Madrid lebih berprestasi lagi. Sinyal sinyal untuk meolak Mou boleh saja, dilakukan, namun tanpa memberikan bukti mampu membawa Madrid sukses, Perez akan mengambil keputusan. 

Mari kita tunggu raihan Madrid ke depan.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun