Terlena
"Sophie .... Tante Adelia di sini." teriak Tante Adelia, begitu melihat Sophie sudah turun ke ruang pengambilan bagasi di Bandara SSQ II Pekanbaru. Sophie melambaikan tangannya kepada Tante Adelia sambil tersenyum. Sekilas Sophie memandang Setia yang berdiri tegak di samping Tante Adelia, bersiap menunggunya, namun Sophie kemudian mengalihkan pandangannya ke arah kerumunan orang yang akan mengambil bagasi.
Setia mengapa Shopie harus mempedulikanmu, pikir Sophie. Kau tak pernah beranjak. Tak ada hasrat sebagai laki-laki untuk menggapai, apalagi memiliki perempuan, untuk apa aku harus memikirkan dirimu Setia, pikir Sophie lagi. Kau minta diriku datang, hanya karena Ika bukan. Benar-benar laki-laki yang mau enak sendiri, jengkel Sophie memikirkan Setia.
---
Setia berlari membukakan pintu tengah Mobilo yang akan mereka tumpangi. Setia mempersilahkan Sophie yang menggendong Ika masuk.  Setia kemudian cepat cepat menyuruh Madis dan Ikmal untuk duduk di kursi belakang. Setelah itu Setia  meminta Tante Adelia menemani Sophie. Setia nampak bersemangat, namun tetap meminta dokter Reynaldi untuk membawa mobil.
Di dalam mobil, Setia ingin memutar lagu Misteri Illahi Ari Lasso, namun oleh dokter Reynaldi, Setia diberi kode untuk tidak melakuka hal itu.
"Hayo Ika ... mau nyanyi apa nih ....kan Bunda Sophie sudah datang untuk Ika ..." celetuk dokter Reynaldi, sekalian memberi tahu Setia, bahwa bukan ini saatnya melakukan pendekatan kepada Sophie. Biar Ika yang membuat Sophie tertahan di Pekanbaru.
"Ika mau nyanyi untuk Bunda Sophie ..." seru Sophie
"Lagunya apa dong .... yang manis ya lagu untuk Bunda Sophie, Ika ..." lanjut Sophie.
"Betul Ika ... masak dari kemarin lagunya itu itu saja." kata Tante Adelia.
"Memang kemarin lagu apa yang dinyanyikan Ika untuk Bunda Sophie..." tanya Sophie.
"Bunda Sophie Bunda Sophie ... begitu lagu Ika ... tak pernah berhenti ..." kata Tante Adelia.
"Ah Ika bisa aja nih. Siapa yang ngajarin Ika lagu itu ya ???" teriak Sophie sambil sudut matanya melirik Setia. Setia yang dari tadi hanya mendengar percakapan itu, dan ingin mencoba memandang Sophie, lalu mengurungkan niatnya ketika melihat Sophie melirik wajahnya.
"Siapa lagi, kalau bukan ..." kata Tante Adelia.
"Siapa yang ngajarin itu dokter Reynaldi ..." tanya Tante Adelia.
"Siapa ya ...siapa ya " jawab dokter Reynaldi.
"Ayah Setia ..." tiba-tiba Ika nyeletuk.
"Memang Ayah Setia pandai nyanyi, Ika ... " tanya Sophie.
Situasi hening sesaat, semua menunggu jawaban Ika. Setia bahkan tidak tahan, hanya menatap ke arah depan, untuk melihat Ika menjawab pertanyaan Sophie.
"Ayah Setia pandai nyanyi di kamar mandi ... Ika suka musik " celetuk Ika.
"Oh begitu .... " kata Sophie.
Suasana kembali sunyi, melhat respon dingin Sophie.
"Ika memang sayang banget sama Ayah Setia, Bunda Sophie, bukan begitu Ika ..." tanya Tante Adelia  Â
"Ika juga sayang banget sama Bunda Sophie ... " celetuk Ika.
---
"Sophie, boleh aku minta waktu sebentar." kata Setia
"Adakah yang bisa melarang Ayah Setia di rumah ini ?" jawab Sophie.
"Tapi jangan minta aku membatalkan keberangkatanku besuk. Ika kan sudah sehat kembali. Aku tidak diperlukan di sini lagi, bukan ?" lanjut Sophie.
"Bukan begitu maksudku ...Sophie ..." kata Setia.
"Bolehkah kapan kapan Ika main ke Jogja untuk menemuimu Sophie ?" lanjut Setia.
Ika, mengapa harus Ika. Mengapa bukan kamu Setia yang ingin menemuiku di Jogja. Ah, kamu ini, bikin aku cepat mau pulang ke Jogja saja, pikir Sophie jengkel.
"Pintu rumahku selalu terbuka .... " seru Shopie sambil menutup pintu.
Kok masih ada sih laki-laki yang seperti ini. Jauh jauh kujalani dari Jogja ke Pekanbaru, untuk memastikan cintamu, tetapi kau begitu sopan. Kau selalu mendampingi. Kau selalu siaga. Tapi untuk siapa ? Untuk Ika ? Untuk Syala ? Bukan untukku, pikir Sophie.
Namun kau membuatku terlena, Setia.
Kebanyakan laki-laki akan seolah ingin segera menerkamku kalau kuberi kesempatan. Matanya begitu menyelidik melihat kecantikanku. Tangannya begitu tidak sabar ingin menggapaiku walau hanya sekedar kuajak makan bersama.
Ini berhari aku berada di rumahmu, kau baru mau bicara setelah tahu aku akan pulang ke Jogja, besuk. Duh Setia. Pada usiaku yang tidak muda lagi. Kau membuatku terlena, pikir Sophie.
Masih terngiang ditelingaku
Bisik cintamu
Betapa lembut dan mesranya
Aku terlena
Tiada terasa air mataku
Basahi pipi
Aku terharu dan terbuai
Aku terlena
terlenaaaaaa
Ku terlena
Sungguh aku bahagia
Benih cinta yang kau tanam
Bersemi indah di hati
Air mata bahagia
Jangan menjadi duka
Bersama kita selamanya
Ku terlena dalam buai
Asmaraaaaaaaaa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H