Sesaat setelah Madrid memecat Lopetegui, tersiar berita Madrid akan merekrut Conte sebagai manajer Madrid, menggantikan posisi Lopetegui. Namun ternyata Madrid mencoba Solari untuk menangani Madrid samapi negosiasi untuk mencari manajer tetap Madrid. Conte memang menjadi urutan teratas untuk dijadikan manajer Madrid selain Mou.Â
Madrid tampaknya kembali tertarik kepada Mou ketika melihat posisi Mou di MU juga goyah. Namun tampaknya Madrid melihat Solari telah memenuhi target Madrid untuk menjadi pelatih tetap di Madrid. Dengan demikian peluang Conte untuk menjadi manajer Madrid tertutup sudah.
Namun cerita Conte ditawari menjadi manajer Madrid itu berbuah perang pernyataan antara Ramos sebagai punggawa yang berpengaruh di skuad Madrid dengan Conte. Anggapan Ramos untuk berhasil menjadi manajer di Madrid, seorang pelatih harus dapat mengatur di ruang ganti dari pada genius dengan taktik, seolah merupakan sindiran kepada Conte. Â
Conte memang dikenal sebagai jenius dari segi taktik. Keberhasilan Conte pada tahun pertama di Chelsea dengan langsung mampu meraih gelar Juara Liga Primer Inggris merupakan bukti, bahwa Conte merupakan manajer yang jenius dari segi taktik.Â
Perseteruan Conte dengan Mou di Liga Primer Inggris, juga didasari karean antara Conte dan Mou sama sama merupakan manajer yang genius dari segi taktik. Mou dan Conte juga pernah membawa Chelsea menjadi Juara Liga Primer Inggris. Mou juga pernah berhasil bersama Madrid menjadi Juara La Liga.
Namun mungkin saja pengalaman Costa yang berseteru berkepanjangan dengan Conte menjadi salah satu pertimbangan Ramos untuk menolak Conte. Conte bisa jadi rentan dengan perilaku pemain yang tidak mengikuti perintahnya.Â
Di sini Ramos ada benarnya. Banyak manajer silih berganti di Madrid, baik Pellegrini dan Mou bahkan Don Carlo yang dianggap manajer Impian Juara, juga gagal di Madrid. Bahkan setelah Don Carlo berhasil membawa Madrid meraih gelar La Decima, sebagai pemegang Juara Liga Champions yang ke 10 kali.Â
Zidane mampu memberikan semua yang diinginkan sebagai pemain. Zidane pernah menjadi pemain hebat dan Zidane pun dapat menjadi manajer hebat. Para pemain Madrid segan tidak mematuhi arahan Zidane. Madrid pun berhasil menjadi Juara Liga Champions tiga kali berturut-turut ketika Zidane menjadi manajer Madrid. Arogansi para pemain Madrid tertutup oleh performa Zidane.
Dari sudut pandang itulah barangkali Ramos berani menyindir Conte. Tentu saja Conte pun tidak mau begitu saja menerima sindiran arogansi Ramos. Walaupun tadinya sempat tersiar berita Conte bersedia menjadi manajer Madrid dengan persyaratan tertentu. Namun kelihatanya Madrid tidak tertarik dengan proyek Conte, akhirnya Madrid memilih Solari.Â
Menurut Conte setiap pemain juga harus mempunyai rasa hormat kepada pelatih, tanpa itu masalah baru akan timbul dalam suatu klub. Conte juga beranggapan bahwa untuk manajer selevel Conte, menangani sebuah Klub di bulan Juni akan selalu menjadi obsesi.Â
Setelah persyaratan Conte ditolak Madrid, Conte boleh bicara apa saja. Conte memang merupakan salah satu manajer hebat. Tapi berbalas pantun dengan Ramos, hanya menunjukkan arogansi Conte dan Ramos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H