Jepang Memang Beda
Hari sudah menginjak malam, ketika tuba tiba ada staf menyampaikan sesuatu. Ternyata undangan bagi pejabat yang menangani promosi investasi untuk mengikuti acara yang dilaksanakan bekerjasama dengan JICA ke Jepang.Â
Senyum karena merasa bukan orang yang tepat untuk bisa mengikuti kegiatan tersebut. Namun staf bersikeras kalau nanti saya yang akan berangkat ke Jepang, dalam rangka memenuhi undangan itu. Masya Allah. Bukan main doa orang kecil ini, makbul. Alhamdulillah.
Kesempatan muncul di depan toilet VIP
Hari hari di awal tahun adalah hari hari kreativitas, loyalitas diuji. Semua kegiatan merupakan persiapan-persiapan untuk pelaksanaan kegiatan pokok. Hal yang tentu saja menuntut kreativitas. \
Namun harus dimaklumi belum tentu fasilitas tersedia dan mendukung, apalagi masalah dana. Â Nah di situ loyalitas duji. Ketika ada pembicaraan mengenai pejabat yang harus menemani investor Jerman, untuk melakukan tinjuan lapangan, kebeberapa Kabupaten-Kota bahkan sampai ke wilayah propinsi lain, maka pada rapat terbatas tersebut, ada tugas untuk mendampingi investor Jerman.
Beberapa hari di lapangan, dengan berbagai pejabat lintas instansi yang menangani persoalan di lapangan, situasi diliputi keakraban dan pembicaraan bagai teman sudah lama.Â
Terbetik keinginan pihak Investor ingin mendapat kesempatan agar dapat menjumpai orang penting di Bumi Lancang Kuning. Dari kontak-kontak dengan Bos, maka ada peluang bagi pihak investor untuk melakukan pertemuan pagi-pagi sekali di paviliun sebelum take off. Â Alhamdulillah.
Pada saat menunggu pertemuan berlangsung, Bos menuju toilet dan menitipkan barang bawaan. Pada saat menunggu itulah muncul keinginan untuk merebut peluang kunjungan kerja ke Jepang.Â
Mungkin karena dianggap sudah berbakti mendampingi orang Jerman, maka persetujuan berangkat ke Jepang didapat, karena ada kesempatan yang muncul sehabis dari toilet. Alhamdulillah.
Kena Fatamorgana Manajer Muda JepangÂ
Ada sesi temu bisnis dengan manajer suatu perusahaan Jepang. Masih muda muda ganteng dan cantik, memberikan uraian mengenai situasi kondisi perusahaan Jepang di Ina, secara umum. Adanya demo buruh yang sering mengganggu, adanya permintaan cuti haid bagi pekerja wanita, dan berbagai kasus lain, yang pada gilirannya memberikan gambaran, bahwa ke depan, bisa jadi perusahaan perusahaan Jepang akan mengalihkan modal ke China.Â
Diskusi tersebut berjalan dengan pemandu. Tentu saja dari berbagai peserta pada rombongan banyak mengajukan keluhan atas berbagi pernyataan yang terkadang dianggap memojokkan.Â
Nah sumbangan pemikiran yang sempat dapat saya munculkan adalah, bagaimana melihat persoalan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di perusahaan Jepang itu dapat menjadi katup penyelamat dalam rangka upaya penyerapan tenaga kerja. Memang kalau hanya dilihat dari faktor profit semata, akan lebih mudah memindahkan modal Jepang ke China.
Namun dengan mengajukan pendekatan historis dan kerjasama antar bangsa yang sudah terjalan puluhan tahun, hendaknya Jepang justru diharapkan dapat memberikan kesempatan perusahaan Jepang untuk menambah modalnya di Ina, dengan harapan dapat ikut menyelesaikan permasalahan tenaga kerja yang timbul, bukan justru memindahkan modal ke China.
Namun semua menjadi bengong, ketika pada akhir sesi, dengan senyum manis, para manajer Jepang yang  muda dan cantik itu, meyampaikan kata akhir dengan bahasa Indonesia yang fasih. Rupanya mereka pernah bertugas di Indonesia selama 5 (lima) tahun.
Jepang Memang Beda. Â