Sekalipun Timnas U-16 berhasil lolos ke babak perempat final AFF 2018, Magic Timnas U-16 Kurang Nafsu Membunuh
Alhamdulillah. Akhirnya Timnas U-16 lolos ke babak perempat final AFC 2018 di Malaysia. Dan Perjuangan Timnas U-16 telah sampailah pada waktunya, mengantarkan dunia bola Indonesia, ke depan pintu gerbang babak perempat final AFC 2018 di Malaysia.
Sungguh perjuangan Timnas U-16, merupakan suatu perjuangan yang perlu dihargai dan diberi dorongan untuk terus maju. Laga terakhir antara Timnas U-16 lawan India pada babak penyisihan group sesungguhnya merupakan laga krusial.
Posisi Timnas U-16 sebelum laga yang unggul selisih gol dengan India, sehingga Timnas cukup hanya bermain seri, sudah dapat lolos ke babak perempat final, bukanlah suatu situasi dan kondisi yang aman. Hal itu mengingat, kalau tidak hati-hati India dapat mencuri kemenangan dari Timnas U-16.
Jika sempat Timnas U16 kalah dari India, sementara Vietnam dapat unggul dari Iran lebih dari 2 gol, maka Timnas U-16 bisa gagal lolos ke babak perempat final.
Lho kan posisi Timnas U-16 lebih baik dari pada India. Timnas U-16 memiliki poin yang sama, 4, dengan India, dari satu kali menang lawan Iran dan satu kali seri lawan Vietnam, bahkan Timnas U-16 unggul selish gol dari India. Mengapa kalau Timnas U-16 kalah dari India, Timas U-16 bisa gagal lolos ke babak perempat final ? Lagian, bagaimana mungkin Timnas U-16 bisa kalah lawan India ?
Trend laga yang dijalani Timnas U-16 di AFC 2018 Malaysia ini mengalami penurunan. Situasi Timnas U-16 saat ini, mirip Magic Sarri ball Chelsea saat mau bertandang ke Liverpool pada laga Carabao Cup. Apa ? Magic Timnas U-16 ? Sarri ball ?
Magic Sarri ball Chelsea sebelum laga berhadapan dengan Liverpool di Anfield Stadium, juga mengalami penurunan bahkan boleh dikatakan kebuntuan dalam peluang mencetak gol. Setelah Chelsea berhasil memenangkan 5 laga awal Liga Primer Inggris dengan sempurna, bahkan mampu mencuri posisi puncak klasemen sementara Liga Primer Inggris dari Liverpool, karena unggul, dalam selisih gol, Chelsea hanya mampu menang tipis 1 gol saat laga tandang melawan PAOK Yunani. Kemudian Chelsea juga hanya mampu bermain seri lawan West Ham, tanpa gol lagi.
Posisi Magic Timnas U-16 mirip dengan situasi dan kondisi Chelsea saat itu. Gilang gemilang pada saat meraih Juara AFF, Magic Timnas U-16 bukan hanya memukau publik Indonesia, tetapi mampu menyedot semangat, jiwa dan optimisme bangsa. Valentino Jebret mendorong munculmya situasi haru biru bangsa karena aksi aksi magic Timnas U-16 dengan Siapa Kita ? Indonesia! Siapa Kita ? indonesia!
Tidak dapat dipungkiri Magic Timnas U-16 sudah mampu menyihir penggemar bola tanah air. Namun penurunan performa Timnas U-16 dari 3 laga terakhir di AFC 2018 Malaysia harus diantispasi untuk laga knock out di babak perempat final. Awalnya saat laga Timnas U-16 lawan Vietnam yang berakhir seri, sempat membuat penonton ketar ketir. Si kembar Bagas Bagus bahkan terkesan kurang dapat bekerja sama dan berusaha ingin mencetak gol tanpa memperhatikan posisi kawan lainnya. Beruntung Sultan Zico menjadi penyelamat. Namun harus diakui terjadi penurunan performa Magic Timnas U-16.
Laga terakhir lawan India, yang cukup bermain seri sudah dapat lolos ke babak permpat final juga menunjukkan adanya penurunan performa Timnas U-16. Beruntung hasil seri tanpa gol, juga meloloskan Timnas U-16. Muncul problem lain pada magic Timnas U-16 di laga lawan India.
Magic timnas U-16 kurang nafsu membunuh. Kalau saja skenario India, yang tanpa malu malu meniru Bahrain pada laga U-23, yang memperkuat disiplin pertanahanan begitu serangan India gagal, seolah ingin bermain seri, namun tetap melakukan serangan berbahaya ke gawang Timnas U-16.
Jika saja strategi India itu berhasil mencuri kemenangan dari Timnas U-16, maka Magic Timnas U16 akan tinggal kenangan. Hal itu dapat terjadi karena Vietnam unggul 5-0 dari Iran. Namun keunggulan besar Vietnam atas Iran hanyalah mendapat pepesan kosong, karena India tidak berhasil mencuri kemenangan atas Timnas U-16.
Nafsu membunuh yang kurang dari Timnas U-16 perlu dicermati dan kalau perlu diantisipasi dengan mengikuti pola Magic Sarri ball saat mampu mengalahkan Liverpool di laga Carabao Cup, di Anfiled lagi, kandang Liverpool yang membara. Aksi aksi individu Timnas U-16 perlu diberi peluang untuk mencoba berani mencetak gol. Tidak perlu lagi memperhatikan posisi kawan, jika memang posisi sudah matang.
Operan kerjasama Timnas U-16 masih belum akurat. Lop lop panjang di depan gawang sering terlalu cepat diberikan tanpa melihat posisi kawan, sehingga kawan sering terlambat untuk mengeksekusi terjadinya gol. Bola terbuang hanya menyisakan kekecewaan berat. Pada laga di babak perempat final, hal seperti ini perlu dihindari. Aksi Individu Hazard dapat dijadikan contoh membangkitkan Magic Sarri ball Chelsea. Nafsu membunuh Magic Timnas U-16 harus didorong, ditumbuhkan dan ditingkatkan, lewat aksi aksi individu.
Jangan sampai gara gara Magic Timnas U-16 kurang nafsu membunuh, Timnas U-16 gagal di babak perempat final AFC 2018 di Malaysia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H