Gelisah Karena Mimpi
"Nih, telur asin oleh oleh Ki Koh Agil itu, paman Pangeran Sepuh. Alhamdulillah masih ada." seru putri Pembayun sambil membawa telur telur asin Brebes dalam satu piring.
"Bahkan kalau paman Pangeran Dipo ingin membawa telur asin ini ke Kulon Progo, juga boleh." seloroh putri Pembayun.
"Sampurasun." tiba-tiba terdengar suara mengelegar di langit Padepokan Windu Adi di Dieng Plato, tempat pertemuan Pangeran Sepuh Armanda menerima tamu Pangeran Dipo.Â
"Dinda Ming ?" terkejut Pangeran Sepuh Armanda tahu siapa yang datang setelah melihat sosok Ratu Ming Nyamat seolah turun dari langit sambil duduk manis di atas "Becak". Ratu Ming Nyamat hanya tersenyum sambil melemparkan selendang bertuliskan dalam bahasa arab 'musabaqa'. Ratu Ming Nyamat yang duduk di bertapa "Becak" tanpa sehelai benang pun, itu kemudian hilang dari penglihatan orang orang di Padepokan Windu Adi.Â
Ratu Ming Nyamat merupakan istri pertama Pangeran Sepuh Armanda yang kemudian memutuskan untuk berpisah, karena Pangeran Sepuh Armanda ingin menyepi di Dieng Plato bersama Bunda Fitri. Pangeran Sepuh Armanda merupakan Raja Kerajaan Matraman Raya. Setelah tahta kerajaan Matraman Raya diserahkan kepada Ki Difamgir, Baginda Raja Armanda memutuskan untuk mengundurkan diri dan mrnyepi di Dieng Plato. Ratu Ming Nyamat diketahui bertapa tanpa sehelai benang pun, karena ingin menuntut balas kematian Ki Difangir.
Ki Difangir setelah menjadi raja di Matraman Raya banyak menemui gonjang ganjing, yang kemudian membuat kekuasaannya jatuh. Ratu Ming Nyamat yang tanpa sengaja mendampingi Ki Difangir dan bahkan sampai mengandung bayi dari Ki Difangir, menemani Ki Difangir yang lari dari pengejaran perebutan kekuasaan di Kerajaan Matraman Raya. Namun luka dalam yang di derita Ki Difangir membuat Ki Difangir meninggal dunia di blumbang, dekat Ratu Ming Nyamat melahirkan bayinya, Garuda Zakti, yang kelak terkenal dengan Gaza. Ratu Ming Nyamat kemudian bertapa bertapa tanpa sehelai benang pun, sampai pembalasan kepada Ki Difangir dapat terpenuhi. Ki Difangir yang meninggal di blumbang, lalu dikenal sebagai Pangeran Sedo Blumbang. Ada pun Ratu Ming yang bertapa di dekat blumbang dikenal dengan Ratu Blumbang Nyamat. Namun tiba-tiba Ratu Ming Nyamat muncul di Padepokan Windu Adi dengan melepas sebuah selendang. Selendang yang membuat putri Pembayun penasaran.
Putri Pembayun yang penasaran dengan selendang yang bertuliskan 'musabaqa' itu pun lalu mengambil selendang itu tanpa berdoa terlebih dulu. Namun situasi yang aneh terjadi ketika tiba-tiba putri Pembayun lalu terjatuh.Â
Badan putri Pembayun seperti terhuyung-huyung setelah memegang selndang itu. Muthi dan Bunda Fitri yang berada di dekat putri Pembayun langsung bergerak cepat untuk memeluk putri Pembayun secara bersamaan.Â
Badan putri Pembayun terasa panas, kemudian putri Pembayun seperti ingin bergerak-gerak walaupun matanya terpejam. Dalam kondisi tidak sadar, putri Pembayun sempat berbicara, berkali-kali dengan ucapan yang sama:
"Tolong ambil baju."
"Baju." jawab Muthi bingung.
"Baju yang mana ?" tanya Bunda Fitri ikut bingung.
"Kanda Pangeran Sepuh. Bagaimana ini ada apa dengan keponakan kita putri Pembayun ?" tanya Bunda Fitri kepada Pangeran Sepuh Armanda.
"Ada yang aneh dengan putri Pembayun ini Bunda Fitri." kata Pangeran Sepuh Armanda. Suasana padepokan Windu Adi di Dieng Plato pun jadi hening, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Kelihatannya putri Pembayun sedang bermimpi Kakanda ?" tiba-tiba Pangeran Dipo memecah kesunyian.
"Bunda Fitri coba, panggil Mas Teguh 'Gurun' kemarin sahabat putri Pembayun kelihatan sedang berkunjung di sekitar sini.
"Lho kan Kanda pangeran Sepuh yang punya nomornya." seru Bunda Fitri.
Jiah nomor apaan ya. Masa pada jaman itu sudah ada hape.Â
"Putri Pembayun sedang berada dalam dunia mimpi." tanpa diduga tiba-tiba Mas Teguh 'Gurun' sudah berada di antara mereka.Â
"Alhamdulillah, Mas Teguh 'Gurun' sudah sampai di sini. Tadi kami minta bantuan Mas Teguh untuk melihat kondisi keponakan kami, putri Pembayun." seru Pangeran Sepuh Armanda.
"Pembayun. Pembayun. Bangun!" seru Mas Teguh 'Gurun'.
"Pembayun, bangun." ucap Mas Teguh berulang kali.
"Tolong ambil baju." masih juga kata kata itu yang ke luar dari putri Pembayun.
"Baju yang di mana ?" tanya Bunda Fitri.
"Baju nomor 1." seru putri Pembayun.
"Kenapa masih juga kalian masih berkumpul di sini. Pesta sudah di mulai. Thanos Tung Akik Perangin-angin sudah menabuh genderang." tiba tiba muncul putri yang bergelayut dengan selendang biru di atas pohon.Â
Kontan saja kedatangan putri selendang biru tersebut mengejutkan semua orang yang berada di Padepokan Windu Adi.
"Mohon anda memperkenalkan diri kepada kami putri berselendang biru. Anda ini siapa dan apa maksud dari perkataan anda tadi." seru Pangeran Sepuh Armanda.
"Aku Succubus putri Selendang biru, saudara seperguruan Ikmal Wong Sableng." jawab putri selendang biru.
"Ikmal Wong Sableng 212 ?" seru Pangeran Dipo terkejut. Â Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H