Ada baiknya Ahok pergi ke kuburan.
Kalau saja Ahok boleh ke luar dari Mako Brimob, ada baiknya Ahok dibisikan untuk pergi ke kuburan. Lho memang kenapa ?
Berita mengenai Ahok menggugat cerai istrinya sudah menjadi makanan sehari-hari. Bukan saja di medsos, tetapi juga di TV. Berbagai analisa mengenai sebab musabab gugatan cerai Ahok kepada istrinya pun bermunculan. Dari usaha menyelamatkan harta, sampai berita burung adanya orang ketiga. Saya tidak ingin terjebak pada informasi yang sulit saya cari kebenarannya tersebut. Mengingat berita dari yang satu ke berita dari yang lain dapat saja seolah-olah dicarikan hubungannya satu dengan yang lain.
Dalam gaya orang jawa, itu sering dinamakan "otak atik gathuk". Â Namun satu hal yang pasti tidak dapat dibantah dan tentu sesuai dengan fakta Ahok sudah menggugat cerai istrinya. Dalam hal ini saya menarik asumsi bahwa salah satu penyebab Ahok menggugat cerai istrinya adalah karena Ahok marah. Biasanya memang orang kalau marah, sering mengambil keputusan yang di luar nalar kita. Lalu apa hubungannya dengan kuburan ?
Kalau seseorang marah, bahkan sampai marah sekali, amat sangat sekali, sebut saja begitu. Bagaimana cara mengatasi kemarahan yang membakar bahkan sudah ingin menggetarkan dada, memecahkan kepala. Dialog dalam hati ? Hal itu kalau baru akan maraah atau marah biasa saja. Tapi kalau sudah marah yang tak tertahankan, apa yang harus dilakukan ?
Istighfar!
Ya. Istighfar merupakan salah satu jalan yang harus dilakukan untuk dapat menghilangkan amarah yang terasa menyesakkan dada. Dengan istighfar kita menunjukkan sebagai makhluk yang lemah. Memohon ampun kepada Allah SWT, untuk dapat melihat kekurangan yang kita miliki, sehingga tidak membuat hati kita yang marah itu semakin menjadi-jadi. Orang yang membuat kita marah pun, diharapkan kemudian dapat sadar bahwa orang yang istighfar itu sudah minta mapun kepada Allah SWT. Â Dengan demikian dari ke dua pihak akan muncul kesadaran baru, sehingga rasa marah itu akan berubah menjadi rasa saling pengertian.
Namun bagaimana kalau sudah istighfar, masih juga rasa marah itu tidak hilang juga. Masih juga dada ini terasa panas, tak tertahankan. Kepala terasa mau pecah. Pengendalian diri tak lagi dapat menurunkan emosi, maka segeralah ambil air.
Berwudhlu!
Dengan berwudhlu, maka air yang kita gunakan untuk berwudhlu dapat mengurangi panas dalam hati yang terasa membakar. Kesegaran akan air pada saat berwudhlu, akan membantu kita untuk mengembalikan hati yang panas menjadi sejuk. Keinginan bersuci dapat membuat kita menyadari bahwa kita ini hanyalah makhluk ciptaan Illahi. Makhluk yang memiliki kelemahan di samping kelebihan. Kesadaran itu dapat membantu kita untuk menurunkan emosi yang berkecamuk dalam dada. Insya Allah, hal ini dapat membantu kita untuk kembali menjadi manusia baru yang merupakan ciptaan Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Siapakah kita ini, begitu ingin marah. Begitu ingin melampiaskan emosi.
Adalah nasib kalau kita  sudah istighfar, sudah berwudhlu, masih juga rasa amarah itu tidak reda juga. Apa yang harus kita lakukan lagi ?
Pergi ke kuburan!
Di kuburan, kita akan melihat orang-orang yang sudah meninggal. Ke mana mereka setelah mati ? Kapan kita akan seperti mereka ? Apa yang sudah kita lakukan untuk persiapan jika kita mati, seperti orang-orang yang sudah mati di kuburan ? Apa sesungguhnya tujuan hidup ini ? Kalau akhirnya kita semua akan mati seperti orang-orang yang sudah di kubur di kuburan itu. Apa sesungguhnya tujuan dari kita diciptakan ? Mengapa kita bisa diciptakan sebagai makhluk hidup di bumi dan jagad raya ini ? Apakah ada awal dan akhir dari semua yang ada di jagad raya ini ? Sangkan paraning dumadi ? Apa pula itu ?
Nah kuburan dapat menyadarkan kepada kita tentang arti, makna dan tujuan hidup kita di dunia ini.
Tentu saja saran saya kepada Ahok untuk dapat pergi ke kuburan dapat terlaksana, jika persidangan kasus gugat cerai kepada istrinya sudah mulai dilaksanakan. Dapat saja pada saat mediasi sebelum persidangan. Dapat juga pada saat persidangan berlangsung, bahkan pada saat sebelum keputusan hasil persidangan dibacakan. Namun tentu saja ini asumsi pribadi.
Asumsi mengenai Ahok marah ini saja belum tentu betul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H