Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Faktor Determinasi Mega Surut

20 September 2016   22:14 Diperbarui: 20 September 2016   22:24 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam hal ini apakah keputusan Mega itu dapat berlaku sebagai Sabdo Pandito Ratu atau tidak, akan sangat tergantung dari bukan saja proses pengambilan keputusan Mega tetapi juga keputusan maupun dampak dari keputusan Mega itu sendiri.

Di samping itu yang juga sangat penting untuk dicamkan adalah apakah keputusan Mega itu merupakan faktor deteren atau faktor pelengkap. Kalau keputusan Mega it merupakan keputusan deteren, maka dampak Sabdo Pandito Ratu dapat berlaku secara menyeluruh dan optimal. Namun jika keputusan Mega itu hanya merupakan keputusan pelengkap, maka dampak yang muncul dari Sabdo Pandito Ratu bisa saja Tidak Roto Sak Nagari.

Ahok sudah memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI pada Pilkada DKI Tahun 2017, melalui jalur partai dan sudah didukung oleh tiga partai pengusung, yang secara fenomenal dapat mengubah pendirian Ahok yang tadinya sudah ingin mencalonkan sebagai Calon Independen.

Keputusan Ahok itu bahkan melukai PDIP sebagai partai besar.

Dukungan Golkar kepada Ahok, mampu membuat Ahok berubah pendirian dari tadinya ingin mencalonkan diri sebagai Calon Independen menjadi melalui partai. Dus dukungan PDIP yang keputusannya relatif lama dan berkali-kali menyatakan harus lewat mekanisme partai atau bahkan adanya pernyataan Hasto, kalau PDIP ingin mencalonkan pemimpin yang punya hati serta pernyataan Puan mengenai last minute yang lebih condong ke Risma, hilang tak berbekas. Keputusan Mega adalah keputusan final PDIP.

Namun yang sangat disayangkan adalah keputusan yang melalui proses panjang tersebut, bukanlah keputusan yang bersifat deteren. Karena Ahok sebetulnya sudah dapat sah menjadi calon gubernur lewat jalur partai tanpa PDIP.
 Akan berbeda kalau karena PDIP lah, Ahok mencalonkan sebagai Gubernur, jika itu yang terjadi adalah Mega mempunyai faktor deteren.

Suara suara sumbang bahkan cenderung agak sumbing, bahkan sering berdengung, bahwa PDIP akan mengalami kerugian kalau tidak mencalonkan Ahok. Pandangan yang merupakan arus utama itu menegaskan bahwa Ahoklah faktor deteren yang sesungguhnya, Bukan Mega.

Jadi seperti halnya pencalonan Pak JokoWi, maka Pak JokoWilah yang menjadi faktor deteren, Bukan Mega.

Terlepas apakah nanti Ahok akan memenangkan Pilkada DKI seperti Pak JokoWi memenangkan Pilpres, maka Mega bukan faktor deteren. Dengan demikian tanpa disadari Faktor Determinasi Mega sudah surut. Padahal pada saat faktor determinasi Mega sangat kuat, di masa reformasi saja, Mega hanya mampu satu kali memenangkan Pilpres. Bahkan setelah itu selama dua musim, Mega harus rela berada di pinggiran. Maka dapat dipikirkan kembali jika faktor determinasi Mega saja sudah mulai surut. Bukan tidak mungkin Mega akan di pinggir lapangan lebih lama lagi. Siapa yang tahu hari esok ???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun