"Adhieyasa Adhieyasa adalah pemilik yang sah Tahta Istana. Istana Kerajaan Matraman Raya sudah dikuasai Raja Slamet Raharjo Jati. Raja Slamet meminta Adhieyasa Adhieyasa untuk merebut Tahta Istana dari Raja Slamet Raharjo Jati."
"Kurang ajar Slamet. Apa apaan Slamet ini", berang Ki Ageng Batman. Ki Ageng Batman sadar kalau Slamet Raharjo Jati salah satu anak angkatnya itu tidak diberitahunya soal rahasia Adhieyasa Adhieyasa yang sudah menganggap Slamet Raharjo Jati itu kakaknya.
"Ayo kita usir Slamet dari Istana. Nanti kalau tidak mau, rasanya tulang-tulang tua ku ini masih sanggup menjewer Slamet."
"Kirain mau bertempur Ki Ageng", sela Pendekar Zontor.
"Hus, jangan kurang ajar terhadap sahabat baikku ini Zontor", gerah Ki Koh Agil.
"Betul Adhieyasa, anakku. Mari kita segera berangkat ke Istana. Tahta Kerajaan Matraman Raya itu milikmu", seru Putri Biyan.
"Adakah yang bisa membuatmu lebih bahagia dari pada mendapatkan Tahta Istana, Adhieyasa anakku", seru mBak 00 weibe.
"Para sepuh. Mohon maafkan Adhieyasa Adhieyasa. Adhieyasa Adhieyasa tidak akan mau bertempur dengan kakang Slamet. Kakang Slamet sudah Adhieyasa Adhieyasa anggap sebagai saudara sendiri. Adhieyasa Adhieyasa tahu kemampuan Kakang Slamet. Walaupun Kakang Slamet jago bela diri, jago berakting dan pandai mengaji, tetapi dapat Adhieyasa pastikan kakang Slamet tidak akan mampu menahan kekuatan Setrum 35000 megawatt. Namun Adhieyasa tidak akan mau berhadapan dengan kakang Slamet."
Dalam keheningan situasi karena pendapat Adhieyasa yang menjungkir balikkan akal itu tiba-tiba, terdengar teriakan mendekat:
"Adhie", lembut Putri Raisani menyapa. Putri Raisani telah mendengar semua pandangan Adhieyasa. Putri Raisani sangat bangga, bahwa pria pujaan hatinya tidak mabuk kekuasaan. Putri Raisani belum tahu, kalau nanti Adhieyasa sudah berkuasa.
"Raisa"