Begitu sampai di Istana, Raja Difangir terkejut situasi sudah betul gawat. Istana sudah seperti sudah diserbu masa yang sangat banyak. Nampak oleh raja Difangir, Slamet Raharjo Jati berdiri dengan gagah di panggung bertingkat penuh dengan manusia. Ada yang menunjukkan kemampuan bela diri, ada yang berakting dan ada pula yang mengaji, sementara Slamet Raharjo jati dengan gagahnya berdiri di panggung Garuda Wisnu Kencana.Â
"Ayo Difangir. Cepat turun dari tahtamu. Atau geger ini akan tidak akan berakhir"
Raja Difangir emosi mendengar hal itu.
"Baik. Kalian belum pernah merasakan kesaktianku. Lanjutkan perjuanganmu. Tapi rasakan dulu ajian angin saktiku ini"
"Difangir!"
Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras. Raja Armanda nampak seperti terbang, muncul  di depan istana Kerajaan Matraman Raya.
"Jangan lanjutkan aksimu. Pasti ada masalah besar dalam menjalankan amanatku dahulu, selama kau menduduki Tahta Istana Kerajaan Matraman Raya. Tahta harus segera kau serahkan kepada pewarismu atau kau segera meninggalkan istana secepat mungkin. Aku tidak rela geger ini berubah menjadi ontran ontranh hanya karena ajian saktimu. Atau kita betul betul akan bertanding. Antara Kau dan Aku yang dahulu tidak sempat terjadi"
Begitu melihat Raja Armanda datang, dan menasehatinya, Difangir menghentikan ajian angin saktinya. Namun itu berakibat sangat parah justru kepada Difangir sendiri, dia mendapat luka sangat dalam karena hal itu. Sadar bahwa situasi dan kondisi akan menjadi bertambah buruk, maka Difangir segera berlasri menuju Istana, akan menyelamatkan Putri Ming.
"Putri Ming, cepat kita menyingkir dari Istana. Jangan banyak bertanya lagi. Ayo kita minggir" Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H