Pulang dari Singapura, Ki Difangir merasa situasi dan kondisi ibukota sudah tidak kondusif. Penunjukan Miss Tami Zen sebagai pejabat setingkat menteri membuat masyarakat memindahkan kemarahan yang ditujukan kepada Ki Difangir menjadi kepada Miss Tami Zen. Sebetulnya masyarakat hanya ingin mengingatkan Ki Difangir saja. Karena masyarakat masih belum berani melawan Ki Difangir. Ingatan masyarakat terhadap kekuatan ajian angin yang dimiliki Ki Difangir masih belum hilang betul. Tetapi arahan Ki Difangir untuk menyebarluaskan penggunaan alat tehnologi buatan Jepang, khususnya robot sek bagi masyarakat kelas tertentu yang sedang mengalami demam dunia seks bebas, membuat masyarakat murka.Â
Pandangan Ki Difangir, hal itu dapat mengurangi kebiasaan buruk masyarakat,  seperti pada dampak buruk muncul tempat-tempat prostitusi. Namun pandangan umumu, kebijakan itu, justru seperti membantu masyarakat tertentu untuk dapat melampiaskan kebiasaan nista itu masuk ke dalam rumah tangga dan masyakat secara bebas walaupun hanya dapat dijangkau oleh kalangan terbatas. Ki Difangir lupa bahwa masyarakat sangat mudah tersulut api kehebohan. Suatu ciri masyarakat  yang belum terdidik dan bisa jadi karena masih banyaknya pengangguran.Â
Berbeda kalau masyarakat mudah mencari pekerjaan, mereka akan sibuk memikirkan nasibnya, bagaimana supaya mereka dapat hidup lebih sejahtera. Mereka akan mencoba semakin mempunyai ketrampilan yang semakin tinggi. Karena dengan ketrampilan yang semakin tinggi, mereka dapat meraih posisi posisi tertentu atau bahkan mereka dapat semakin mandiri untuk dapat berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada masyarakat seperti itu kehebohan lebih sering tidak laku. Yah kalau heboh sendiri, tetapi tidak dapat menikmati hidup, akhirnya hanya akan tinggal di daerah daerah kumuh atau pinggiran.Â
Namun memang situasi hati Ki Difangir lagi morat marit. Sudahlah Putri Biyan tidak diketahui rimbanya. Miss Tami Zen info terakhir mengadakan perundingan empat mata dengan icon baru Kerajaan Matraman Raya, Slamet Raharjo Jati, yang tak pernah tahu akhirnya. Hubungan yang biasa disebut hotline dengan Ki Difangir juga putus. Sementara dari Singapura Ki Difangir harus berpisah dengan Putri Raisani yang tidak pula diketahui sekarang entah di mana. Mau langsung pulang ke istana, Ki Difangir khawatir berhadapan dengan Putri Ming yang terkenal cerdas. Walaupun diakui oleh Ki Difangir, bahwa kilau pualam Putri Ming masih tiada duanya. Kalau mengingat hal itu Ki Difangir sebertulnya segera ingin cepat-cepat pulang ke istana Kerajaan Matraman Raya. Namun mengapa Ki Difangir masih kepikiran pada Putri Raisani. Ki Difangir masih ingin berjumpa dengan Putri Raisani di halte. Halte tempat Ki Difangir menemukan Putri Raisani, itu berada di dekat Hotel Acacia.Â
Dengan hati berdebar-debar Ki Difangir mencoba turun agak jauh dari halte. Ki Difangir hanya ingin sekedar memastikan bahwa Putri Raisani masih juga memikirkan dirinya. Hadiah dari Ki Difangir diharapkan dapat menjadi tanda, bahwa Putri Raisani masih memikirkan dirinya. Dari jauh Ki Difangir melihat sosok perempuan seperti Putri Raisani sedang menunduk di halte. Ke dua tangan Putri tersebut memegangi sesuatu. Ki Difangir terseyum bangga. Ternyata dugaan Ki Difangir betul adanya. Putri Raisani masih memikirkan dirinya. Putri Raisani masih duduk di halte itu dan memandangi hadiah  dari Ki Difangir. Ki Difangir tidak bermaksud membuat heboh masyarakat pada hari itu. Ki Difangir dengan hati riang gembira pulang ke istana Kerajaan Matraman Raya.
Di tempat lain.Â
Putri Biyan sungguh terkejut ketika mendengar suara-suara manja dari yang katanya mBak Laura dan yang satunya lagi Adhieyasa. Namun yang membuat Putri Biyan hampir pingsan adalah adalah kiriman foto dari Bunda Ming. Ternyata Ki Difangir telah terpikat dengan Bunda Ming. Putri Biyan merasa bersalah telah meninggalkan Ki Difangir karena berbeda pandangan tentang bagaimana memgatasi gejala masyarakat masa kini yang cenderung mudah tergoda oleh paham pergaulan bebas. Kepergian Putri Biyan meninggalkan Ki Difangir sedikit banyak pasti akan berpengaruh terhadap Ki Difangir. Seharusnya Putri Biyan tetap mendampingi Ki Difangir dan berdoa siang dan malam untuk kesadaran  Ki Difangir dalam meniti hidup. Namun nasi sudah menjadi bubur. Sekarang Putri Biyan mendengar pula suara suara manja dari mBak Laura dengan Adhieyasa Adhieyasa Setrum 35000 megawatt yang konon sudah dewasa. Kesedihan Putri Biyan semakin menumpuk. Akhirnya Putri Biyan memutuskan untuk kembali ke rumah Ki Ageng Batman. Putri Biyan ingin minta pertimbangan kepada Ki Ageng Batman, petinggi tanah perdikan Malembang di tepian kali Gajah Wong.   Â
Sesampai di rumah Ki Ageng Batman, Putri Biyan tidak lagi dapat menahan suasana hatinya yang kacau balau. Sementara Ki Ageng Batman hanya dapat melongo melihat Putri Biyan menangis di pangkuannya. Ada pun mBak 00 weibe yang ingin berkunjung ke rumah Ki Ageng Batman pun akhirnya memutuskan untuk masuk lewat pintu samping. mBak 00 weibe sudah dianggap ibu oleh Slamet Raharjo Jati maupun Adhieyasa Adhieyasa Setrum 35000 megawatt. Namun hubungan antara mBak 00 weibe dengan Ki Ageng Batman masih sebatas online saja. Saling berbalas komen di artikel artikel mereka.Â
Tiba-tiba situasi hening itu dipecahkan oleh suara dari luar:
"Assalamu'alaikum"
"Wa alaikum salam" balas Ki Ageng Batman.
Putri Biyan pun segera mengelap air mata dan menutupi ke dua matanya dengan tisu, sambil merapikan duduknya.
"Betul, ini rumah Ki Ageng Batman yang tersohor"
"Betul"
"Boleh kami masuk ke dalam"
"Silahkan, silahkan" Ki Ageng Batman nampak sibuk merapikan duduknya. Putri Biyan begitu juga. Ada pun mBak 00 weibe begitu mendengar Ki Ageng Batman ada tamu, juga langsung nimbrung ke ruang tamu, ingin tahu siapa tamu yang datang mencari Ki Ageng Batman, karena dari suaranya terdengar seorang wanita.
"Kenalkan saya Miss Kiara. Peneliti purbakala yang lama tugas di Mesir Ki Ageng"
"Oh mbak Kiara", suara Ki Ageng Batman ramah seperti sudah mengenal lama saja. Padahal melihat Miss Kiara saja belum pernah. Ada ada Ki Ageng Batman ini. Hari ini sudah tiga wanita yang mengelilinginya. Â Â
mBak Kiara tertarik dengan perahu buatan Ki Ageng Batman. Sebagai peniliti sejarah mBak Kiara berharap Ki Ageng Batman mau perahunya akan diruwat oleh mBak Kiara supaya dapat menjadi Perahu Surya seperti yang terdapat di Mesir. Hal tersebut setelah mBak Kiara mendapat info bahwa Ki Ageng Batman mengunakkan perahu itu pada terjadinya blue moon. Pada umumnya kejadian kejadian seperti blue moon itu dapat menjadikan suatu barang seperti perahu Ki Ageng Batman itu, untuk dipoles atau diruwat menjadi jenis perahu yang tehnologinya dapat lebih tinggi. Perahu Ki Ageng Batman kalau sudah menjadi Perahu Surya dapat digunakan untuk terbang. Mendengar bantuan mBak Kiara itu, kontan Ki Ageng Batman memeluk Putri Biyan yang kebingungan, begitu juga mBak 00 weibe yang tersipu malu. Namun ketika Ki Ageng Batman berusaha memeluk mBak Kiara karena rasa bahagianya yang tak terhingga besarnya itu, tiba-tiba di luar terdengar teriakan Adhieyasa. Rupanya Adhieyasa begitu pulang dari rumah mBak Laura, mendapat keterangan dari tetangga kalau Slamet Raharjo Jati saudaranya sepersusuan dengan Ibu mereka mBak 00 weibe sudah berangkat ke Jakarta. Ibukota Kerajaan Matraman Raya. Adhieyasa yang sering emosi langsung bertanya kepada Ki Ageng Batman.
"Pak, kok Slamet boleh berangkat ke Jakarta!"
"Adhie. Duduk dulu sini. Di rumah Bapak sedang banyak tamu. Apa Adhie tidak melihat. Ayo belajar sopan dong. Kenalkan dirimu pada tamu tamu Bapak."
"Pak Adhie juga mau berangkat ke Jakarta, menyusul Slamet"
"Mohon doa restu, Bapak"
"Adhie"
"Bapak jangan pilih kasih. Pokoknya Adhie mau mencari Kang Salmet di Jakarta"
"Baiklah Adhie, kalau keinginanmu tidak dapat dibendung lagi. Tapi permintaan Bapak hanya satu. Pergilah Adhie nyekar dulu"
[caption caption="Suatu makam muslim"][/caption]
Dalam perjalanan pulang dari makam Adhieyasa Adhieyasa secara tidak sengaja berjumpa dengan Ki Bamset. Ternyata Adhieyasa Adhieyasa merasa mendapat banyak informasi penting dari Ki Bamset, yang selama ini belum pernah Adhieyasa Adhieyasa ketahui. Sambil mencium tangan Ki Bamset, Adhieyasa Adhieyasa mohon doa restu dan akan mencoba memahami informasi yang bermanfaat dari Ki Bamset.
Sementara Ki Ageng Batman begitu Adhieyasa Adhieyasa meninggalkan Tanah Perdikan Malembang di tepian Kali Gajah Wong, segera kontak WA kepada mBah Kikuk, Panembahan Jati, Ki Koh Agiel dan Pendekar Zontor, bahwa Adhieyasa Adhieyasa anak kandung Ki Difangir telah berangkat menuju Jakarta, Ibukota Kerajaan Matraman Raya. Mendapat info WA dari Ki Ageng Batman, tokoh tokoh itu langsung bersiap diri, untuk memantau geger yang mungkin tidak dapat terhindarkan di Kerajaan Matraman Raya.Â
Kalau saja Ki Difangir bersikukuh akan mempertahankan tahta kerajaan Matraman Raya, sementara Ki Difangir diketahui mempunyai ajian angin yang sakti sedang Adhieyasa Adhieyasa mempunyai kekuatan Setrum 35000 megawatt, dapat dibayangkan geger di Kerajaan Matraman Raya akan berubah menjadi Ontran Ontran. Para sesepuh tersebut kemudian segera bersiap. Ki Koh Agil dengan piring terbangnya. mBah Kikuk dengan permadani terbangnya. Sementara Ki Ageng Batman akan serombongan dengan Putri Biyan. mBak 00 weibe serta mBak Kiara akan mengangkasa dengan Perahu Surya. Â Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI