Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Adhieyasa Jumpa Putri Raisani di Tanjung Pinang, Lima Membisikkan Suatu Rahasia kepada Pujangga Halim

20 Juni 2016   11:35 Diperbarui: 20 Juni 2016   11:44 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pantai Trikora di Tanjung Pinang"][/caption]

Lima mengajak Adhieyasa untuk berbulan madu di Pantai Trikora. Pantai yang sangat indah. Airnya jernih, pantainya tidak bersampah. Merupakan pantai pada suatu teluk, yang di sebelah kanan dan kirinya terdapat bebatuan. Gelombang laut yang sangat rendah pada saat musim Timur, tentu akan berbeda pada saat musim barat. Pantai pasir putih dan airnya laut yang jernih, sehingga sangat aman dan nyaman untuk berenang di pantai tersebut. Lima dan Adhieyasa pun menikmati keindahan pantai Trikora  itu, dalam bulan madunya di Tanjung Pinang.

Namun tanpa disengaja Lima dan Adhieyasa bertemu dengan keluarga Pujangga Halim yang kebetulan sedang pula berlibur di Pantai Trikora, Tanjung Pinang. Pujangga Halim bersama Bunda Lilik serta Putri Raisani memang sedang menikmati juga keindahan pantai Trikora, namun juga dalam rangka mencari rahasia yang dialami Pujangga Halim ketika Pujangga Halim merasa bertemu dengan Adhieyasa dan seorang gadis manis bernama Lima. Pujangga Halim merasa bahwa Lima ingin mengatakan sesuatu yang sepertinya suatu rahasia besar yang akan disampaikan Lima kepada Pujangga Halim.

Ketika yang disebut Lima terakhir sebelum Lima menghilang adalah Tanjung Pinang. Pujangga Halim memutuskan untuk pergi ke Tanjung Pinang bersama Bunda Lilik dan Putri Raisani dalam rangka mengorek rahasia besar yang akan diberitahukan Lima kepada Pujangga Halim. Ketika pada suatu hari, yang sudah ditunggu-tunggu oleh Pujangga Halim itu tiba, karena Pujangga Halim harus beberapa kali pergi ke Pantai Trikora, tetapi tidak menemukan Lima juga Adhieyasa. Namun Pujangga Halim tidak putus asa. Semangat Pujangga Halim untuk dapat mendapatkan rahasia yang akan diberikan oleh si gadis manis, teman Adhieyasa sangat tinggi. Sehingga Pujangga Halim sudah bertekad untuk menunggu Adhieyasa dan Lima di pantai Trikora. Sementara Bunda Lilik dan Putri Raisani hanya mengikuti keinginanan Pujangga Halim tanpa reserve.

Ketika suatu hari Pujangga Halim melihat Adhieyasa sedang berjalan-jalan di pantai Trikora, secara spontan Pujangga Halim mendekati Adhieyasa. Karena Pujangga Halim merasa lebih kenal dengan Adhieyasa dari pada Lima.

"Adieyasa, ini paman Pujangga Halim. Masih ingat ?"

Adhieyasa agak bingung mendengar namanya dipanggil seseorang yang mengatakan diri orang itu, sebagai Pujangga Halim.

"Adhieyasa, ini isteri Paman Pujangga, namanya Bunda Lilik" seru Pujangga Halim sambil mengenalkan Bunda Lilik kepada Adhieyasa.

"Paman Pujangga Halim", seru Adhieyasa agak bingung. Namun karena untuk menjaga sopan santun, Adhieyasa kemudian juga mengenalkan Lima sebagai isterinya. 

"Baik. Paman Pujangga Halim serta Bunda Lilik, kenalkan juga ini Lima isteri Adhieyasa." 

Mendengar Adhieyasa sudah beristeri, maka Putri Raisani pun kemudian diam membisu, sepertinya Putri Raisani kecewa berat. Namun karena kemudian ayahandanya Pujangga Halim menggapainya dan mengajaknya berkenalan dengan Adhieyasa, maka Putri Raisani pun berusaha mendekat. Walaupun sebetulnya dalam hati Putri Raisani sangatlah enggan, bertemu dengan Adhieyasa. Padahal Putri Raisani pun setelah semakin dekat dengan Adhieyasa, bahkan semakin yakin bahwa Adhieyasa inilah, jodoh yang masuk ke dalam mimpi Raisani di Rupat. Namun ketika tadi Putri Raisani mendengar kata Lima untuk menyebut perempuan yang bersama Adhieyasa dan dikenalkan oleh Adhieyasa sebagai isterinya. Putri Raisani jadi bertanya-tanya, mengapa dirinya dulu dipanggil Lima oleh bapak kepala plontos, kawan Adhieyasa ini.

"Adhieyasa, kenalkan ini Putri Raisani, putri tunggal kami."

Adhieyasa acuh saja ketika dikenalkan dengan Putri Raisani. Namun ketika kemudian Adhieyasa salaman dengan Putri Raisani, Adhieyasa merasa terkejut. Seperti ada kekuatan ghaib, yang membuat ke dua tangan Adhieyasa sulit lepas dari salamannya dengan Putri Raisani. Putri Raisani pun seperti ingin tersenyum mesra begitu bersalamam dengan Adhieyasa. Ada pun Pujangga Halim tidak dapat berkata-kata, karena sebetulnya Pujangga Halim sangat bahagai seandainya Adhieyasa dapat berjodoh dengan Putri Raisani. Dalam kebingungannya, Pujangga Halim melihat cahaya yang terang benderang ke luar dari ubun ubun Adhieyasa dan Putri Raisani. Cahaya itu makin lama makin kuat bersinar. Hal tersebut tentu membuat Pujangga Halim terpana. 

Namun ternyata bukan hanya Pujangga Halim yang melihat peristiwa itu, Lima isteri Adhieyasa juga. Namun tiba-tiba Lima seperti mendapat kekuatan untuk mengatakan sesuatu kepada Pujangga Halim.

"Paman Pujangga" bisik Lima. 

"Mohon Paman Pujangga segera meninggalkan tempat ini. Sepertinya kita hidup di waktu yang berbeda. Lima akan mencoba membantu Putri Raisani, putri Paman. Lima melihat ada sesuatu yang mengganggu Putri Raisani. Pada saatnya nanti Lima akan membantu mempersatukan Putri Raisani dengan Adhieyasa. Namun bukan sekarang saatnya. Mohon paman Pujangga Halim dapat memaklumi. Harap paman Pujangga Halim dapat mengikuti saran Lima, untuk segera kembali ke tempat Paman"

Pujangga Halim sekali lagi merasa kalau mendapat bisikan dari Lima, tetapi kali ini lebih jelas dan lebih tegas. Oleh karena itu Pujangga Halim segera mengajak Bunda Lilik dan Putri Raisani untuk meninggalkan tempat itu, untuk segera kembali ke Jakarta.

Sementara Adhieyasa, hanya termangu ketika dia bertanya kepada Lima;

"Lima"

"Ya. Adhie, suamiku yang ganteng"

"Perasaan tadi ada yang mengenalkan diri sebagai paman Pujangga Halim. Adhieyasa bingung, tapi katena segan, Adhieyasa pura-pura kenal saja"

"Ah itu perasaan Adhie ganteng saja. Bagaimana berlayar kita tadi malam ? Apakah Adhie merasa nikmat ?" Lima bertanya kepada Adhieyasa sambil mencubiti pinggang Adhieyasa.

"Lima masih berasa mimpi Adhie. Kalau mengenang peristiwa bulan madu kita di pantai Trikora tadi malam."

"Lima ingin hari kembali cepat menjadi malam lagi"

"Mengapa harus menunggu malam, ayo kita berenang di pantai Trikora ini."

Seru Adhieyasa sambil membawa lari Lima dan menyeburkan Lima di perairan pantai Trikora, lalu memeluknya dengan hangat. 

Pantai Trikora memang indah dan asri. Jalan menuju pantai Trikora juga sudah bagus.   

[caption caption="Destinasi wisata yang menarik"]

[/caption]

Di sekitar pantai Trikora juga masih perkampungan nelayan.

[caption caption="Destinasi wisata yang berdekatan dengan kampung nelayan"]

[/caption]

Sepulang dari bulan madu mereka di pantai Trikora Tanjung Pinang, ketika Lima dan Adhieyasa ingin berangkat ke Jakarta via Batam, mereka berdua menyempatkan kembali mengunjungi Jembatan Barelang. Rupanya ada juga pasangan berumur, yang sedang bulan madu di sana. 

[caption caption="Tanjung Pinang juga Barelang tempat yang tepat untuk bukan madu"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun