Kau bilang bangun pagi memantik api menemani ibu menanak nasi
Mencuci piring, menyapu lantai rumah
Kau bilang melihat Bapak bercengkerama dengan kawan kawannya
Sampai mata tak bisa terbuka
Menegaskan apakah sudah buka, ketika pulang kerja saat puasa
Sungguh sudah tak kurang jasa mereka sebagai orang tua
Kau bilang rindu belaian seorang ibu
Kau bilang ingin merenda senyum seorang Bapak
Suatu hal mustahil yang akan kudapat
Walau langkahku terasa lebih tegap
Kecilku hanya mengenal mBah Putri
Bapak harus kurelakan bahkan sebelum lulus SMA
Hanya pensiunan Bapak yang tetap menjaga
Sampai di kampus biru kami bertiga
Ada yang bergulat dengan obat
Ada yang fasih revolusi di berbagai negeri
Diriku coba menghitung tetesan air dari langit
Bukan ijazah yang ingin kukirimkan kepada Bapak
Tapi eksistensi diri yang butuh saksi
Bagaimana kau bisa tahu tentang diriku
Dinginnya Kaliurang
Tingginya Borobudur
Semilirnya Parangtritis
Tak bisa hilangkan perih
Walau gempita merebak di wisuda graha purna sabha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H