Namun lagi-lagi Sumantri diuji. Ketika Sumantri harus memilih antara malu karena mempunyai adik Sukasrana sebagai lambang dorongan untuk mengingat kepada kepentingan masyarakat banyak dan ingin menjadi yang tanpa cela dihadapan petinggi istana, Sumantri bermaksud meminta adiknya Sukasrana untuk pulang kampung. Sumantri yang sudah mencapai puncak kariernya sebagai Perdana Menteri, tidak ingin terlalu mengikuti apa kehendak rakyat biasa, yang tercermin pada keinginan Sukasrana untuk selalu ingin mengikuti ke mana Sumantri pergi. Ketika Sumantri harus memilih dan mencoba untuk menakuti-nakuti harapan dan keinginan rakyat jelata, Sukasrana, Sumantri lepas kontrol. Dan Sukasrana pun gugur. Sumantri sangat sedih dan berduka, menyadari bahwa rasa sayang dan kesetiaan masayarakat serta keinginan rakyat untuk selalu menghiasi langkah-langkahnya dalam mengambil keputusan, sudah dipenggalnya sendiri. Dengan rasa penuh kehibaan, Sumantri bermaksud membalas kesalahan yang telah dilakukan dengan cara akan tunduk dan patuh serta akan bekerja habis-habisan untuk mempertahankan negeri.
Hal tersebut dilaksanakan oleh Sumantri sampai mengorban jiwa raganya. Sumantri dengan segala kemampuannya melawan orang asing yang ingin mengintervensi negerinya, ketika atasannya Prabu Arjuna Sasrabahu sedang tertidur dan membendung sungai untuk menyenangkan istri dan dayang-dayang kerajaan Maespati berenang, bersuka cita di kolam yang akhirnya menjadi telaga, lautan yang membanjiri kerajaan Alengka Diraja. Kerajaan Prabu Dasamuka, yang tidak dapat mati oleh siapa pun juga. Begitu tahu air yang membanjiri kerajaan Alengka Diraja berasal dari kerajaan Maespati, kontan Dasamuka murka. Disambanginya kerajaan Maespati. Dengan kesaktiannya dikalahkannya Sumantri yang sangat perkasa dan membela negara sengan suka rela, tidak ingin sang Raja Prabu Arjuna Sasrabahu yang sedang istirahat terganggu. Sumantri pun gugur sebagai pahlawan dalam membela negara. Barangkali kegigihan Sumantri dalam membela bangsa dan negara, serta kemampuan Sumantri yang menjujung tinggi kompetensi, menjadikan nama Sumantri banyak dipilih para orang tua, untuk memberi nama kepada anaknya. Tentu dengan cita-cita ingin anaknya mempunyai pangkat dan derajat tinggi, sokur sokur bisa menjadi Perdana Menteri. Tentu tidak dapat dilupakan barangkali Brojonegoro dapat menjadi contoh nilai nilai positif yang ingin diwujudkan Sumantri. Banyak lagi yang dapat digunakan sebagai gambaran, namun memang sisi Sumantri yang Melik nGendong lali, sering tidak dielaborasi, yang muncul justru nama Sumantri banyak dicopy.    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H