"Jujur, Bu. Kami tidak tahu apa yang terjadi ?", jawab istriku.
Sewaktu musibah di masjidil haram, kami sedang di hotel. Namun entah info dari mana awalnya, tiba-tiba berembus berita mengenai adanya musibah yang menimbulkan korban jiwa para jemaah di Masjidil Haram. Begitu mengetahui masih ada kawan sekamar yang belum pulang. Kami langsung kontak. Tidak diangkat. SMS, seruku. Pulsa arabku sudah menipis. Beli di luar agen, tidak dapat ditambah, walaupun sudah beli kartu untuk tambahan pulsa. Kontak ke kamar istri.
"Punya nomor hp Bu X", tanyaku pada istriku di kamar sebelah.
"Si A putra BU X, belum pulang dari Masjidil Haram. Ada berita musibah besar", lanjutku.
Tiba-tiba teleponku berdering. Segera kuangkat!
"Eyang, bagaimana kabar Bapak eyang. Tolong kirimkan noh hp arab Bapak, eyang!", tangisnya sangat keras, cucu keponakan tidak dapat menahan rasa takutnya ketika ketika tidak dapat mengontak ke dua orang tuanya yang berangkat ke tanah suci.
Suasana sangat panik di ruangan kamar hotel itu.
"Kontak mas Y", seruku pada Si Sulung Gantheng.
"Tidak bisa masuk", jawab Si Sulung Gantheng.
"SMS!", lanjutku.
"Kirim no hp arab mas Y ke anaknya!", harap harap cemas dengan keadaaan yang terjadi.