Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Politik

Risma Tergoda Magnit Kekuasaan ?

26 Juli 2015   22:12 Diperbarui: 26 Juli 2015   22:12 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kekuasaan betapapun kecilnya sangat menyenangkan, bahkan dapat memabukan. Kekuasaan menjadikan seseorang mempunyai pengaruh atas orang lain, namun juga mampu mempengaruhi diri seseorang. Ibarat pisau bermata dua, dengan kekuasaan seseorang dapat membuat tujuan yang hendak dicapai menjadi lancer, efektif dan efisien. Kekuasaan menjadikan seseorang mempunyai power untuk mendorong, mengarahkan, merubah, membawa banyak orang pada tujuan-tujuan yang ideal. Menuju masyarakat yang lebih maju dapat dicapai dengan kekuasaan. Membuat suatu daerah menjadi percontohan daerah lain dalam membangun dapat dicapai dengan kekuasaan. Merubah wajah kota dapat dicapai dengan kekuasaan. Namun kekuasaan bisa menjadikan seseorang kehausan. Aroma kekuatan kekuasaan dapat memabukan. Kekuasaan dapat merubah seseorang untuk terpaksa, memaksa diri atau bahkan dipaksa dengan segala cara untuk dapat merengkuhnya. Kekuasaan dapat menjadi magnit yang menggoda. Bagaimana melihat Risma Walikota Surabaya yang tersohor itu dalam genggaman kekuasaan. Masihkah Risma akan membuat kekuasaan di bawah kendalinya dalam mencapai tujuan-tujuan ideal atau bahkan Risma akan terjebak dalam godaan magnit kekuasaan ?

Risma menjadi fenomenal ketika diganggu, Risma menjadi fenomenal ketika diusik, Risma menjadi fenomenal ketika ditantang. Tidak banyak pemimpin berprestasi di negeri ini, Risma salah satunya. Jadi begitu Risma diganggu, begitu Risma diusik, begitu Risma ditantang, kesadaran publik bangkit. Waktu itu save risma termasuk popular di medsos. Apalagi setelah air mata Risma menitik di salah satu siaran stasiun tv nasional, gempa politik di Surabaya pun bergolak, bahkan sampai ke tingkat nasional. Tidak kurang dari Pak JokoWi dan Bu Mega harus katuran ke Surabaya. Risma merupakan sosok pejabat publik lugu. Kemampuan politik Risma memang diragukan. Bagaimana seorang pemimpin politik yang mendapat penghargaan dari banyak pihak, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya, seorang pemimpin yang mampu merubah wajah kota, seorang pemimpin yang berani bertindak tegas, menitikkan air mata di depan publik ? Bukankah itu suatu hal yang harus dihindari oleh seorang pemimpin politik ? Bukankah itu suatu hal yang tabu bagi seorang Walikota ? Bukankah itu suatu hal yang menngelikan dalam lakon para politikus ? Lihat Risma sudah menangis, mau apa lagi dia, Walikota kok menangis. Kemampuan politik Risma boleh diragukan, namun satu hal yang pasti adalah Risma merupakan sosok yang lugu. Bagi Risma tidak masalah menemui Bu Mega di Bandara, wong Risma memang lugu.

Begitu gempa politik di Surabaya redam, sosok Risma pun tidak begitu mencuat lagi. Tak perlu ada gerakan save risma wong Risma sudah save. Kekuasaan Risma tidak lagi digoyang. Kekuasaan Risma tidak lagi diganggu. Kekuasaan Risma tidak lagi direcoki. Bahkan sudah begitu savenya Risma, sampai muncul ide tak perlu ada pilkada di Surabaya. Siapa yang sanggup mengalahkan Risma di Surabaya. Percuma, suatu pemborosan besar-besaran dengan pilkada kalau toh nanti yang terpilih Risma lagi. Bagaimana dulu Risma menitikkan air mata bukan persoalan lagi. Mengapa dulu Risma menitikkan air mata bukan suatu hal yang perlu dicermati. Apa yang menyebabkan Risma dulu sampai menitikkan air mata adalah suatu hal usang untuk diungkit kembali. Siapa yang menyebabkan dulu Risma menintikkan air mata bukan suatu hal yang relevan untuk ditelusuri kembali.

Apakah memang kemampuan politik Risma diragukan ? Apakah Risma memang lugu ? Apakah Risma tergoda magnit kekuasaan ? Biarlah waktu yang menjadi saksi. Risma sudah resmi mencalonkan diri dengan wakilnya Wisnu Sakti Buana untuk Pilkada di Surabaya 2015. Kita tunggu kiprah Risma berikutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun