Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rasul Menyuruh Kita!

8 Juli 2015   08:44 Diperbarui: 8 Juli 2015   08:44 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tiba-tiba alunan nada itu muncul, Rasul menyuruh kita, kemudian tanpa sengaja membaca artikel mas Gatot tentang Rini dan Pak Jokowi: http://www.kompasiana.com/gatotswandito/kompak-dengan-rini-apa-yang-ditunjukkan-jokowi_559b7847d993734b13626b35. Dalam artikel tersebut disinggung bagaimana Nabi Muhammad yang memberikan keteladanan bagaimana beliau tetap sabar walaupun dihina oleh seorang perempuan buta, Yahudi pula, yang berada di pasar, namun bukannya Rasulullah marah dan dendam terhadap perempuan tua tersebut, namun bahkan setiap pagi memberikan makan kepada perempuan tersebut. Informasi yang disampaikan mas Gatot itu, mengingatkan kembali kepada artikel yang pernah dituliskan oleh Akhmad Fauzi mengenai hal tersebut: http://www.kompasiana.com/tigaputri/benci-itu-menyakitkan-sabar-itu-memuliakan_552c43b66ea83420338b45a6.

 

Dalam artikel Akhmad Fauzi, ada suatu hal yang saya tangkap, bahwa Rasulullah begitu care terhadap orang-orang dekatnya. Barangkali ini merupakan sudut pandang menurut Syafriansah Viola dalam: http://www.kompasiana.com/syafriansah_viola/nilai-emas-sebuah-tulisan_559bfacdf19673d516ff7a7c. Sudut pandang dapat menjadi nilai emas dalam suatu artikel, menurut Syafriansah dalam artikel tersebut, sehingga dari artikel Akhmad Fauzi saya baca berulang-ulang, saya ingin memperoleh nilai emas Syafriansah yang lain dari artikel Akhmad Fauzi itu, walaupun, saya sudah pernah mencoba memperoleh nilai emas yang lain dan menuliskannya dalam suatu artikel juga: http://www.kompasiana.com/masjokomu/upaya-pengentasan-kemiskinan-perlu-strategi-jitu-komitmen-saja-tidak-cukup_552fadd46ea834dd168b4594.

 

Artikel Akhmad Fauzi begitu juga mas Gatot sejajar dalam mengambil hikmah atau nilai emas dari hal tersebut, yaitu bahwa Rasulullah begitu sabar walaupun mengetahui dihina seorang perempuan buta, Yahudi pula, tetapi tetap memberikan makan kepada perempuan itu. Nilai emas lain yang pernah saya dapatkan dari cerita itu adalah bahwa upaya pengentasan kemiskinan perlu strategi jitu. Lalu dari lirik lagu Rasul menyuruh kita serta artikel yang mas Gatot tulis mengenai Rini dan Pak Jokowi serta setelah saya baca berulang-ulang artikel Akhmad Fauzi tentang benci yang menyakitkan dan sabar yang memuliakan itu, nilai emas Syafriansah apalagi yang akan saya coba bangun ?

 

Baiklah mari kita kembali ke artikel Akhmad Fauzi, untuk lebih tepatnya, saya kutipkan secara lengkap bagian-bagian artikel yang sama gunakan sebagai asumsi untuk mendapatkan nilai emas Syafriansah Viola itu:

---Tertulis dalam sebuah sejarah Rosul, pada suatu hari, di akhir-akhir hayat beliau, menegur Sayyidina Abu Bakar ketika ketahuan tertidur lelap di pagi hari menjelang subuh. Ketika di tanya oleh beliau mengapa sampai tertidur padahal tidak biasanya demikian? Abu Bakar menjawab kalau semalaman dia beribadah sekuatnya. Dengan senyum Roshululloh memberikan penilaian jika tidaklah harus seperti itu. Di akhir nasehat beliau, mengajak mertua beliau itu untuk wajar saja dalam beribadah dan meminta agar suatu saat nanti menggantikan beliau memberikan separuh dari makanannya pada seorang Afrika hitam beragama Yahudi, yang buta matanya yang biasa duduk di taman di tengah kota Mekkah.---

 

Hal pertama yang dapat dipetik hikmahnya dari informasi ini adalah adanya teguran langsung Rasulullahkepada kerbat dekat atau pejabat di bawah kepemimpinannya, karena Abu Bakar ketahuan tertidur lelap di pagi hari menjelang subuh, hanya karena Abu Bakar tidak biasanya melakukan hal itu. Teguran itu merupakan respon positif dari Nabi Muhammad terhadap jajarannya, sekaligus juga memberikan peringatan kepada siapa saja, bahwa kalau ada sesuatu yang janggal dilakukan oleh umat Muhammad, jangankan orang biasa, kerabat dekat bahkan pejabat jajaran di bawah pemerintahan baca kepemimpinan Nabi Muhammad , Abu Bakar, saja ditegur.

 

Namun bukan teguran marah, melainkan teguran sebagai manifestasi sifat care Nabi Muhammad kepada orang lain, umat Muhammad, jajaran pemerintahannya untuk kembali kepada jalur yang benar. Hal ini menjadi penting, karena dengan Rasulullah memberikan suri tauladan kepada kita, bagaimana sikap dan tindakan kita untuk care kepada orang lain, bahkan pejabat di jajarannya. Bahkan kalau dilihat lebih jauh, lebih dalam, dan lebih seksama Rasulullah bahkan memberikan jalan ke luar, atau alternatif bagi pejabat di jajarannya, untuk melakukan tindakan aktif lainnya sebagai pilihan lain dari pada tindakan atau amalan ibadah yang kuat, yaitu dengan memberikan separuh makanannya pada seorang Afrika hitam beragama Yahudi, yang buta matanya yang biasa duduk di taman kota Mekkah.

 

Rasul menyuruh kita untuk care kepada makhluk lain yang lemah. Gambaran care kepada makhluk yang lemah, tidak peduli apakah itu umat Muhammad atau bukan, muncul dari orang Afrika, sebagai orang asing, orang hitam, sebagai orang yang dapat dikonotasikan orang yang lain, biasa dijauhi atau apa saja yang dapat dianggap lain, orang yang beragama Yahudi, dan orang perempuan yang buta. Rasanya lengkap sudah gambaran orang yang lemah itu. Banyak dari kita sering menganggap orang lain lemah, karena kita merasa pula lebih dari orang asing. Ada juga yang beranggapan bahwa warna kulit yang lain dapat menjadi alasan bagi kita untuk menganggap orang itu lemah. Orang beragama lain, tidak perlu kita bicarakan, jujur kita dapat atau sering meremehkan mereka. Perempuan kebanyakan dari kita juga masih mempunyai asumsi lemah, yang dalam hal ini tentu akan diprotes para Srikandi Kompasioner. Sudah Afrika, hitam, Yahudi, perempuan, buta lagi, rasanya sulit untuk mencari gambaran lain lagi untuk menunjukkan karakteristik orang lemah. Nah, Rasul menyuruh kita, untuk memberikan separuh makanan itu kepada orang lemah tersebut, sebagai alternatif dari beribadah yang sangat kuat di malam hari, yang dapat menyebabkan kita terlelap tidur, sampai menjelang subuh. Ada penekanan penting tentang perlunya ibadah sebagai amalan dunia, dengan care kepada orang lemah. Care kepada orang miskin.

 

Mengenai bagaimana kita tidak hanya cukup dengan peduli kepada orang miskin, atau menumbuhkan komitmen kepada upaya pengentasan kemiskinan, namun juga perlu strategi jitu, bagaimana upaya pengentasan kemiskinan itu harus dilakukan, sudah pernah saya utarakan dalam artikel terdahulu. Mengenai kesabaran yang diteladankan Nabi Muhammad walaupun mendapat umpatan, cacian atau hal yang kasar sekalipun dari orang lain, bahkan dari orang yang lemah, Afrika Hitam Yahudi, perempuan buta lagi, namun Rasulullah tetap sabar dan bahkan bukan hanya bertindak pasif tetapi justru memberikan alternatif tindakan proaktif sebagai wujud nyata dari sikap care Rasulullah terhadap orang miskin terbut, sudah dituliskan oleh Akhmad Fauzi dan mas Gatot. Jadi nilai emas yang saya coba ingin temu kenali adalah, tindakan pro aktif terhadap orang yang lemah, miskin dapat menjadi alternatif lain dari ibadah. Sungguh Rasulullah merupakan suri tauladan yang baik. Tinggal bagaimana kita menyikapi baik secara individu maupun secara bersama, untuk dapat menumbuhkan sikap care kepada orang lain, care kepada orang lemah, care kepada orang miskin.

Rasul menyuruh kita mencintai anak yatim

Rasul menyuruh kita mengasihi orang miskin

Rasul menyuruh kita mencintai anak yatim

Rasul menyuruh kita mengasihi orang miskin

Rasul Menyuruh Kita! 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun