Namun bukan teguran marah, melainkan teguran sebagai manifestasi sifat care Nabi Muhammad kepada orang lain, umat Muhammad, jajaran pemerintahannya untuk kembali kepada jalur yang benar. Hal ini menjadi penting, karena dengan Rasulullah memberikan suri tauladan kepada kita, bagaimana sikap dan tindakan kita untuk care kepada orang lain, bahkan pejabat di jajarannya. Bahkan kalau dilihat lebih jauh, lebih dalam, dan lebih seksama Rasulullah bahkan memberikan jalan ke luar, atau alternatif bagi pejabat di jajarannya, untuk melakukan tindakan aktif lainnya sebagai pilihan lain dari pada tindakan atau amalan ibadah yang kuat, yaitu dengan memberikan separuh makanannya pada seorang Afrika hitam beragama Yahudi, yang buta matanya yang biasa duduk di taman kota Mekkah.
Â
Rasul menyuruh kita untuk care kepada makhluk lain yang lemah. Gambaran care kepada makhluk yang lemah, tidak peduli apakah itu umat Muhammad atau bukan, muncul dari orang Afrika, sebagai orang asing, orang hitam, sebagai orang yang dapat dikonotasikan orang yang lain, biasa dijauhi atau apa saja yang dapat dianggap lain, orang yang beragama Yahudi, dan orang perempuan yang buta. Rasanya lengkap sudah gambaran orang yang lemah itu. Banyak dari kita sering menganggap orang lain lemah, karena kita merasa pula lebih dari orang asing. Ada juga yang beranggapan bahwa warna kulit yang lain dapat menjadi alasan bagi kita untuk menganggap orang itu lemah. Orang beragama lain, tidak perlu kita bicarakan, jujur kita dapat atau sering meremehkan mereka. Perempuan kebanyakan dari kita juga masih mempunyai asumsi lemah, yang dalam hal ini tentu akan diprotes para Srikandi Kompasioner. Sudah Afrika, hitam, Yahudi, perempuan, buta lagi, rasanya sulit untuk mencari gambaran lain lagi untuk menunjukkan karakteristik orang lemah. Nah, Rasul menyuruh kita, untuk memberikan separuh makanan itu kepada orang lemah tersebut, sebagai alternatif dari beribadah yang sangat kuat di malam hari, yang dapat menyebabkan kita terlelap tidur, sampai menjelang subuh. Ada penekanan penting tentang perlunya ibadah sebagai amalan dunia, dengan care kepada orang lemah. Care kepada orang miskin.
Â
Mengenai bagaimana kita tidak hanya cukup dengan peduli kepada orang miskin, atau menumbuhkan komitmen kepada upaya pengentasan kemiskinan, namun juga perlu strategi jitu, bagaimana upaya pengentasan kemiskinan itu harus dilakukan, sudah pernah saya utarakan dalam artikel terdahulu. Mengenai kesabaran yang diteladankan Nabi Muhammad walaupun mendapat umpatan, cacian atau hal yang kasar sekalipun dari orang lain, bahkan dari orang yang lemah, Afrika Hitam Yahudi, perempuan buta lagi, namun Rasulullah tetap sabar dan bahkan bukan hanya bertindak pasif tetapi justru memberikan alternatif tindakan proaktif sebagai wujud nyata dari sikap care Rasulullah terhadap orang miskin terbut, sudah dituliskan oleh Akhmad Fauzi dan mas Gatot. Jadi nilai emas yang saya coba ingin temu kenali adalah, tindakan pro aktif terhadap orang yang lemah, miskin dapat menjadi alternatif lain dari ibadah. Sungguh Rasulullah merupakan suri tauladan yang baik. Tinggal bagaimana kita menyikapi baik secara individu maupun secara bersama, untuk dapat menumbuhkan sikap care kepada orang lain, care kepada orang lemah, care kepada orang miskin.
Rasul menyuruh kita mencintai anak yatim
Rasul menyuruh kita mengasihi orang miskin
Rasul menyuruh kita mencintai anak yatim
Rasul menyuruh kita mengasihi orang miskin
Rasul Menyuruh Kita!Â
Â