Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Galileo Sampai Dibawa Mati: Somasi Bukan Peti Mati!

29 Januari 2014   15:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:21 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara Ego dapat menghindarkan diri dari sifat Egois, kalau saja mau menerima beda pendapat. Ego yang mau menerima beda pendapat adalah Super Ego. Pandangan mengenai perlunya mendorong munculnya Super Ego ini pernah dikenalkan oleh Kang Muhammad Armand.

Ego yang sesungguhnya terdapat jauh di lubuk hati yang paling dalam, tetapi kadang muncul dari sudut hati dengan pikiran-pikiran yang jernih itulah yang sesusungguhnya kita kenal dengan hati nurani. Hati nurani sering bicara jujur, mengajak kita berbuat baik, mengingatkan kita untuk menghindari tingkah laku yang kurang terpuji. Hati nurani dapat muncul kapan saja, di mana saja, wah kayak iklan minuman kaleng saja, tetapi akan lebih dapat menguasai hati dan pikiran kita pada saat jiwa kita tenang. Jiwa yang tenang dapat mendorong Ego untuk memunculkan nafsu mutmainah. Nafsu untuk berbuat baik, nafsu untuk membantu, nafsu untuk berbesar hati, nafsu untuk berbesar jiwa, seperti yang pernah disampaikan Kang Muhammad Khoiri pada dialognya dengan saya mengenai imajinasi.

Dengan demikian kita tidak perlu khawatir dengan Ego. Namun yang harus kita hindari adalah sifat Egois.

Dampak buruk dari sifat Egois dapat menimpa siapa saja, bahkan pada penguasa dunia, apalagi yang merasa penguasa tentu juga yang memang penguasa. Sifat Egois itu yang paling nampak adalah tidak diberikannya ruang dan waktu kepada orang lain untuk beda pendapat. Dampak buruk sifat Egois penguasa dunia itu dapat berdampak lebih buruk lagi terhadap orang per orang, bahkan orang seperti Galileo.

Dukungan Galileo terhadap pandangan Heliosentris yang pada awalnya disebut-sebut oleh Nicolas Copernicus, membuat penguasa dunia pada saat itu marah besar. Hal itu dapat dipahami karena pandangan yang berlaku pada saat itu adalah pandangan Geosentris. Heliosentris merupakan pandangan yang sangat berbeda dengan pandangan yang mereka anut, dampak dahsyat Egois sedang merasuki hati dan pikiran penguasa, sehingga beda pendapat dianggap bukan saja diharamkan tetapi juga dapat menggoyahkan sendi-sendi kekuasaan. Untuk itu orang-orang yang beda pendapat perlu diberi pelajaran, Galileo bahkan sampai dibawa mati.

Kalau kemudian hal-hal seperti itu masih terjadi, walaupun muncul sebagai somasi, itu adalah suatu hal yang alami. Beda pendapat bukan lagi menjadi rahmad tetapi menjadi bencana. Mengapa ?

Bukan karena beda pendapat itu salah. Bukan karena beda pendapat itu lawan. Bukan karena beda pendapat itu menampar. Tapi karena beda pendapat dilihat semata-mata sebagai suatu hal yang melulu beda. Beda atau lain, dapat dianggap menjadi duri, bagi yang sedang terbalut sifat-sifat egois. Ego terlalu dikuasai sifat-sifat Egois, tanpa mau memberikan kesempatan munculnya Super Ego. Ketika nafsu mutmainah terbenam dalam jiwa yang rusuh, yang kemudian muncul adalah nafsu keserakahan, nafsu kemarahan, nafsu ketersingungan, nafsu insting, nafsu ular yang memangsa.

Beda pendapat yang diyakini sebagai rahmat tidak lagi muncul dalam bentuk pelangi yang indah setelah hujan turun. Beda pendapat yang dapat mendorong pandangan komprehensif tenggelam. Beda pendapat yang memperkokoh pandangan yang integral berguguran. Beda pendapat yang mendorong munculnya pribadi pribadi yang egaliter tersapu.

Bagaimana menyikapi diri, kalau diserang oleh penyakit kronis yang maha dahsyat karena beda pendapat itu ?

Ambil hikmah dari beda pendapat yang terjadi. Bukan melihat dari beda pendapatnya semata. Insya Allah ada jalan. Dengan mengambil hikmah terjadinya beda pendapat, maka pengalaman Galileo karena beda pendapat tidak sampai dibawa mati. Dengan demikian kalau kemudian karena beda pendapat kemudian terjadi somasi. Ingat-ingat Galileo.

Galieo sampai dibawa mati: Somasi bukan peti mati!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun