Mohon tunggu...
Chrisma Juita Nainggolan
Chrisma Juita Nainggolan Mohon Tunggu... Guru - Emak berliterasi

Guru ekonomi SMAN 1 Kualuh Selatan, Labura Sumut

Selanjutnya

Tutup

Nature

Aku, Guru Honorer, Raih Sukses Bermitra Dengan JNE

30 Juni 2024   21:26 Diperbarui: 1 Juli 2024   05:47 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:Dokumen Pribadi

Sebagai seorang guru, aku berinteraksi dengan banyak orang. Terlebih karena aku mengabdi di dua lembaga pendidikan dengan jenjang yang berbeda. Di Madrasah Tsanawiyah, aku mendidik dan mengajar murid-murid yang berada di usia 13-15 tahun. Sementara di SMA, usia siswaku antara 15-18 tahun. Tentulah metode mengajar yang kuterapkan berbeda. Murid Tsanawiyah penuh dengan hiruk-pikuk masa pubertas, sementara siswa SMA pada tahap pencarian jati diri.

Dengan spesialisasi sebagai guru Matematika yang bagi sebagian orang adalah mata pelajaran horor, faktanya, siswa-siswaku belajar dalam suasana yang menyenangkan. Sebab, selain mengajar, salah satu hobbi yang kutekuni adalah membuat konten edukatif. Proses pembelajaran kuunggah di media sosial, sembari membubuhkan nama-nama siswa atau kelompok yang paling aktif di kelas. Hal ini membuatku intens berkomunikasi dengan siswa, karena ternyata mereka juga aktif di dunia media sosial.

Jujur, aku masih guru honorer, bahkan belum menikmati apa yang disebut dengan Tunjangan Profesi Guru. Karena, untuk meraih tunjangan tersebut, butuh berbagai syarat yang belum bisa aku penuhi, terutama masa kerja. Namun, aku tidak berpangku tangan, merenungi nasib gaji guru honorer yang hanya cukup untuk kebutuhan selama dua pekan. Waktu yang masih tersisa usai mengajar di sekolah, aku gunakan untuk mengajar les privat Matematika. Bagiku, mengajar adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan. Meski pernah mencoba keberuntungan di bidang niaga, itu tak berlangsung lama, sebab ada hal-hal yang bertentangan dengan nuraniku.

Kebutuhan hidup semakin lama semakin meningkat, terlebih usai dihempas badai Covid-19. Beruntungnya, sekolah tempat aku mengabdi tidak pernah kekurangan murid, karena lokasi sekolah yang strategis dan diminati masyarakat. Sebagai pemilik hobi jepret sana jepret sini, aku butuh smartphone dengan kualitas kamera yang bagus. Terlebih ketika mengikuti berbagai event lomba video atau vlog, baik tingkat nasional maupun daerah. Pada even yang kuikuti, aku berhasil memenangkan beberapa jenis lomba. Demikian halnya dengan siswaku, mereka juga getol mengikuti lomba dengan mengandalkan kemampuan take video/foto dan editing. Namun, ada rasa tidak puas dalam diriku, sebab naluri bisnisku kembali menyapa.

Walaupun secara de facto aku adalah Sarjana Matematika, tidak menyurutkan hasratku untuk terjun di dunia bisnis. Aku memiliki kebiasaan baru, rajin mengulik info seputar barang-barang yang diperjualbelikan di online shop. Hal ini berawal dari keisenganku untuk mendapatkan barang-barang berkualitas dengan harga terjangkau. Maka aku mulai berburu dari online shop yang satu ke online shop lainnya. Berbagai artikel tentang testimoni dan perjalan panjang para pebisnis handal mulai kulahap, dan berimajinasi bahwa kelak aku menjadi salah satu dari mereka.

Awalnya, aku tertarik dengan salah satu olshop yang menjual laptop second dibawah harga pasar, plus potongan pembelian dalam jangka waktu 10 hari. Setelah aku menimbang-nimbang dan yakin bahwa olshop tersebut adalah akun resmi dan merupakan salah satu aplikasi ternama, maka aku beranikan diri untuk memulai transaksi awal. Dengan harga dua juta rupiah, aku berhasil menjual kembali laptop tersebut tanpa mendapat untung yang banyak, hanya tiga ratus ribu rupiah. Karena ada garansi dari pihak penjual, jika barang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka dapat diretur, aku berani untuk menjual kepada salah satu wali murid.

Beberapa hari berlalu, dengan hati gembira aku membalas ucapan terimakasih konsumen pertamaku via chat. Beliau bahkan memposting laptop second tersebut dibubuhi ucapan terimakasih kepadaku, yang notabene adalah guru Matematika putranya di Tsanawiyah. Efeknya luar biasa, pesanan berikutnya datang tidak hanya dari orang-orang di sekitarku tapi juga dari Kabupaten sebelah. Aku semakin getol mencari trik-trik handal agar bisnisku semakin lancar dan mendapat kepercayaan dari konsumen. Sebab bagiku, kepercayaan adalah modal utama dalam berbisnis.

Untuk pengiriman barang, sejak awal pilihanku jatuh pada JNE, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang, diantara belasan perusahaan sejenis. Mengapa aku menjatuhkan pilihan pada JNE yang kini menginjak usia 34 tahun?. Jawabannya adalah, aku yang berjiwa muda, memiliki semangat membara, harus cermat memilih partner jika bisnis yang kugeluti ingin maju dan berkembang. Tak jarang aku mendengar keluhan konsumen ketika barang sampai di tangan mereka dalam kondisi tidak utuh, dan tidak tepat waktu.

JNE memang berbeda, meski terkesan ongkos kirimnya diatas rata-rata, bagiku itu sangat-sangat pantas karena layanan handal dan terpercaya dari tangan-tangan terampil yang mengelola perusahaan tersebut. Disaat jasa pengiriman barang tumbuh bagaikan jamur di musim hujan dengan ongkos kirim "terlalu murah", aku tetap konsisten memakai jasa JNE. Di daerahku, Labuhanbatu Utara dengan penduduk empat ratus ribu jiwa, masyarakatnya dikenal dengan tingkat konsumsi tinggi, baik di sektor kuliner dan barang-barang lainnya. Termasuk diantaranya smartphone dan laptop. Maka aku fokus pada bisnis jual laptop secara online via akun media sosialku.

Untuk pengiriman barang, aku memilih layanan Super Speed dan Reguler, tergantung keinginan konsumen, apakah barang tersebut sangat urgen atau tidak. Belakangan ini, aku juga memakai fasilitas layanan dompet digital ternama di Indonesia. Dengan berbekal saldo yang ada pada aplikasi tersebut, aku leluasa membeli barang berupa laptop atau smartphone, tanpa modal. Tentu saja aku harus memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku, jika tidak maka keuntungan yang aku peroleh sebagai pengguna layanan dompet digital tersebut akan hilang. Sekali lagi, kepercayaan bagiku adalah hal yang paling utama, sebab aku ingin membangun bisnis di masa depan dengan terlebih dahulu membangun jaringan bermodalkan keuletan dan kepercayaan.

Bulan Mei kemarin, aku berhasil menjual lima unit laptop second, dengan keuntungan yang bahkan melebihi gaji bulananku dari dua sekolah tempatku mengajar. Secara teori, aku yang guru Matematika bahkan tidak pernah mempelajari ilmu berniaga, baik di bangku SMA maupun di bangku kuliah. Ilmu-ilmu yang kupelajari selama ini terutama sekitar Teori Phytagoras, Rumus ABC, Integral, dan sebagainya. Hasil yang kuraih selama berbisnis ini, kuyakin adalah berkah dari kesabaranku mendidik murid dengan ikhlas, menjalin komunikasi yang baik dengan wali murid, pilihan layanan jasa JNE, dan yang paling penting adalah ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Cita-citaku masih panjang, ingin benar-benar mandiri secara finansial ketika kelak akan melamar seseorang menjadi pendamping hidup. Aku tidak mau berkeluh-kesah, bahwa gaji guru honorer tidak bisa membuatku kaya. Sebaliknya aku ingin buktikan, bahwa aku, seorang guru honorer akan sukses berbisnis bermitra dengan JNE, andalan terpercaya jasa pengiriman barang. Semangatku membara, akan kubuktikan kreativitas sebagai anak muda yang penuh impian. Ayo anak muda, gaskan jangan sampai usia bertambah semangat melemah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun