Mohon tunggu...
Chrisma Juita Nainggolan
Chrisma Juita Nainggolan Mohon Tunggu... Guru - Emak berliterasi

Guru ekonomi SMAN 1 Kualuh Selatan, Labura Sumut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan

5 Agustus 2022   23:05 Diperbarui: 5 Agustus 2022   23:10 23713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

b.       Pendidikan hanyalah sebagai tuntunan

c.       Mendidik adalah menuntun siswa untuk selamat dan Bahagia

d.       Pendidik tidak dapat berkehendak atas kodrat kekuatan atau potensi siswa

e.       Pendidik dapat memberikan daya upaya maksimal untuk mengembangkan akal budi pekerti siswa

f. Pendidik membantu mengantarkan siswa untuk merdeka atas dirinya sendiri untuk kehidupan dan penghidupannya, memelihara dan menjaga bangsa dan alamnya

Kemerdekaan siswa merupakan kunci pokok untuk mencapai tujuan pendidikan yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan. Pertanyaannya, apakah praktik pembelajaran saat ini benar-benar mempersiapkan anak didik agar siap hidup dan mengisi zamannya?.

B. Menciptakan lingkungan pembelajaran terbaik murid

Ada sebuah pemahaman, jika semakin tinggi nilai angka yang diraih siswa, maka semakin tinggi pula tingkat kepintaran. Sebaliknya, jika semakin rendah nilai angka, maka semakin dianggap tidak pintar atau tidak cerdas. Kedua sisi berbeda tersebut dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, hingga cenderung fokus pada upaya agar mendapatkan nilai tinggi dari guru. Sehingga, siswa akan bersaing dan berkompetisi dengan teman-temannya.

Selain itu, sistem perangkingan kelas juga menjadi salah satu pengaruh motivasi belajar siswa. Jika penilaian dilakukan dengan keberpihakan pada siswa, tentulah membawa hasil yang baik. Namun jika guru belum memahami prinsip berpihak pada siswa, maka siswa yang berada pada ranking terbawah atau nilai terendah, akan merasa terpojok.

Jika kecenderungan untuk mengandalkan nilai ujian (Sumatif/evaluasi lainnya), tanpa didasari atas pemahaman tentang penilaian itu sendiri, bisa menjadi boomerang. Seyogyanyalah guru memperhatikan dan mengikuti proses demi proses yang dilalui siswa. Sehingga, penilaian tidak lagi melulu berdasarkan nilai ujian/sumatif. Seiring dengan proses yang dilalui siswa, maka guru juga dapat melakukan evaluasi dan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hingga, guru mampu merefleksikan program pembelajaran yang disusun agar lebih baik.

Budaya yang selama ini kita lakukan adalah pemberian nilai dengan angka dan peringkat kelas, bisa dirubah dengan sistem penilaian dan apresiasi. Tujuannya adalah agar harkat dan martabat anak tetap terjaga. Penilaian atau pengukuran dimaksudkan untuk mengukur hasil atau dampak dari implementasi pembelajaran dari sudut pandang siswa. Sehingga, siswa sebagai pusat pembelajaran benar-benar dapat terwujud, tidak sebatas jargon semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun