Mohon tunggu...
Chrisma Juita Nainggolan
Chrisma Juita Nainggolan Mohon Tunggu... Guru - Emak berliterasi

Guru ekonomi SMAN 1 Kualuh Selatan, Labura Sumut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenali dan Memahami Diri Sendiri sebagai Pendidik (Topik 1 Merdeka Belajar)

1 Agustus 2022   23:18 Diperbarui: 1 Agustus 2022   23:50 111978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Kini, di zaman generasi digital native, kita perlu menyelaraskan peran sebagai pendidik yang relevan dengan konteks murid dan zaman. Maka peran kita adalah memberi ilmu demi kecakapan hidup anak dalam usaha mempersiapkannya untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti seluas-luasnya (Ki Hajar Dewantara).

Seorang pendidik memiliki peran yang sangat besar terhadap masa depan siswa. Jika kita memberi pujian, atau mencemooh, memberi hukuman, tetap akan meninggalkan kesan di hati mereka. Hal sekecil apapun yang kita sampaikan di kelas akan berkontribusi pada kecakapan hidup anak kelak saat mereka beranjak dewasa.

Maka, pertanyaannya adalah, apakah peran kita sebagai guru, atau sama sekali tidak berperan dalam tumbuh kembangnya pengetahuan siswa kita?. Apakah kita pernah hadir secara utuh untuk siswa, atau sebaliknya, siswa tidak pernah merasakan kehadiran kita (Yang memang sangat jarang membersamai siswa). Dan, apakah kita pernah memberi waktu khusus buat siswa yang membutuhkan seseorang untuk mendengarkan curhatannya, atau kita tidak mau tahu dengan hal seperti itu?.

3. Ingin menjadi guru seperti apa saya

Sejak kecil, sedikitpun tidak pernah bercita-cita untuk menjadi guru. Meski berbagai pengalaman menyenangkan pernah saya terima dari guru-guru favorit saya. Saya menyukai momen dimana saya mampu menyelesaikan tugas dan diberi hadiah "Boleh pulang duluan". Di masa SMP, saya menyukai guru Matematika dan Bahasa Inggris, karena cara mengajar mereka yang sangat menyenangkan. Dan lagi-lagi, cita-cita untuk menjadi guru belum juga terbit.

Terkadang, guru-guru favorit saya tersebut malah sangat tidak disukai oleh kawan-kawan lainnya. Dan kini setelah saya bahagia menjadi guru (Sempat juga tidak bahagia selama dua tahun), maka saya menghindari perlakuan kurang menyenangkan yang dialami oleh kawan-kawan saya tersebut. Salah satunya adalah menghindari komunikasi terbatas hanya dengan beberapa orang siswa yang pintar (Dan, ternyata siswa cenderung tidak menyukai hal tersebut).

Beragam metode mengajar yang sudah kita "kunyah habis", lengkap dengan media dan fasilitas pendukung kegiatan belajar lainnya. Namun, apakah ikhtiar yang kita lakukan selama ini sudah sejalan dengan tujuan pendidikan?.Menjadi guru/pendidik adalah pekerjaan yang sangat menantang, terlebih di masa pemulihan seperti sekarang ini. Maka guru harus adaptif terhadap perubahan, karena bahaya besar mengancam pendidikan kita jika tidak waspada, yakni learning loss.

Mampukah kita menjadi seorang pendidik berorientasi pada anak, dengan melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda?. Siapkah kita untuk memberi kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan ide/bakat/minat, berpikir kreatif, dengan tuntunan dan arahan dari kita supaya siswa tidak kehilangan arah?. Maka hal itu akan terjawab setelah kita mampu menjawab pertanyaan, "Ingin menjadi guru seperti apakah saya?".

Pada dasarnya, Pendidikan berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak berada. Kodrat zaman artinya guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka mampu hidup, berkarya, dan menyesuaikan diri.

Pertanyaan terakhir untuk topik ini adalah, mengapa saya memilih menjadi guru?. Apakah terjebak pada kata-kata "Jadi guru pun, jadilah?". Mari kita perbaiki bapak ibu rekan sejawat, dengan kalimat pendek "Jadilah guru". Selamat berkreasi dalam konsep Merdeka Mengajar, salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun