KMAB_1
Ketika Rambut Berwarna Dua, Namun Semangat Masih Membaja
Salah satu ciri khas usia semakin menua adalah rambut hitam mulai memutih. Meski, ada juga yang rambutnya memutih ketika masih belia. Namun saya bukan mau bicara tentang warna rambut, jenis rambut, bahkan tanpa rambut.Â
Kali ini, saya terima tantangan "Ketika Menulis Aku Bahagia" (KMAB) Bersama gerbong Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPDT).
Usia bukan penghalang untuk berkarya, produktif melakukan apa saja yang bermanfaat bagi semesta. Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi sesama, demikian sepotong Hadits yang sering memenuhi beranda media sosial kita, maupun dalam interaksi di dunia nyata. Salah satu sosok yang telah mengamalkan Hadits tersebut adalah seseorang yang saya sebut sebagai ayah literasi, Thamrin Dahlan (TD).
Thamrin Dahlan, Namanya sudah tidak asing lagi bagi para penulis yang bernaung dibawah Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan, organisasi nirlaba, yang membaktikan diri di bidang literasi.Â
Jelang usia kedua pada 18 Agustus 2022, YPTD mengadakan kegiatan menulis bertajuk "Karena Menulis Aku Bahagia" (KMAB). KMAB merupakan program kedua setelah KMAA (Karena Menulis Aku Ada) tahun lalu.
Pengalaman saya selama mengikuti tantangan KMAA, tidak ada kata berleha-leha untuk memainkan jemari diatas keyboard laptop, karena diberi batasan waktu posting di website pada pukul 24'00 WIB.Â
Artinya, jurus The power of kepepet harus dikesampingkan, demi memenuhi target. Apakah ini disebut memaksakan diri?, ya, setengah memaksa, karena menit demi menit jarum panjang pasti mendekati angka 12.
Namun, dari postingan yang sudah muncul di wag YPTD, ternyata saya dan teman-teman kalah cepat. Si ayah TD sudah posting tulisan dengan nomor urut 8.Â
Luar biasa semangat beliau, inilah yang saya sebut, meski rambut berwarna dua, namun semangat tetap membaja. Dan saya juga tidak mau kalah, setelah sholat ashar segera bergegas melanjutkan tulisan yang terjeda tengah hari tadi.
Bercermin dari sosok TD, saya jadi ingat tokoh-tokoh besar seperti Amien Rais, Mahathir Muhammad, dan lain-lain yang masih tetap aktif berkarya meski usia tidak lagi disebut tua, bahkan super tua.Â
Disisi lain, saya juga mengamati bahwa, para pensiunan guru (Maaf, bukan mengesampingkan yang lainnya), rata-rata memiliki daya ingat yang kuat plus konon katanya awet muda.Â
Secara ayah TD juga seorang dosen, maka saya yakin Allah Swt mencurahkan kedua rahmat tersebut pada beliau. Semoga rekan guru menyadari cucuran rahmat yang diberikanNya kepada kita.
Untuk tulisan perdana ini, saya persembahkan khusus buat ayah literasi Thanrin Dahlan, semoga berkah di usia 70.
Ayah tak tampak menua
Meski rambut berwarna dua
Ayah disebut ulama
Usia lanjut masih berdaya guna
Â
Budak Tempino sebutan untukmu
Asimilasi Jambi dan Minangkabau
YPTD bukti sumbangsihmu
Yayasan nirlaba terbitkan buku
Â
Semoga liLlah untuk peluh
Tiada kesah maupun keluh
Lantunkan do'a untukmu sesepuh
Berkah di usia tujuh puluh
Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat, babontuk elok
Ketika Menulis Aku Bahagia_1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H