1) Penghambat: pria yang menghalangi saya di pintu,
2) Pemetik/eksekutor: pria di belakang saya yang siap mencopet ponsel/dompet saya,
3) Pengalih perhatian: pria yang menarik celana saya berharap perhatian saya tidak lagi ke kedua barang tadi.
Kalau anggota komplotannya bertambah, maka akan bertambah pula fungsinya...
4) Penampung barang petikan: untuk "hilangkan" barang bukti jika pemetik tertangkap atau digeledah petugas,
5) Pengaman situasi: yang tak segan mengancam pihak-pihak yg dianggap akan bertindak "sok pahlawan" melawan atau ingin menggagalkan aksi,
6) Penggembira: pria atau wanita yg pura2 anteng jadi penumpang yang akan beri info menyesatkan bila korban telat sadar setelah dicopet.. Silakan tambahkan fungsi lainnya sesuai pengalaman anda.. :)
Jika anda termasuk orang yang suka mencibir cerita dari korban pencopetan, misalnya: "Kok, bisa sih?", "Lagian ga hati-hati sih", "Makanya jangan suka pamer di angkutan umum"... Mungkin ada benarnya. Namun ketahuilah, bahwa aksi copet yang sudah menjadi mata pencaharian, niscaya akan dilakukan dengan persiapan matang, konsep yang kuat, plan A+B+C, latihan puluhan bahkan ratusan kali.Â
Mau target di kantong baju korban, di kantong celana katun atau jins, di tas perempuan, di dalam ransel mau posisi di dada atau di punggung, di posisi manapun pasti sudah mereka coba dalam latihan. Bahkan kecurian laptop dari ransel pernah dialami teman saya. Gila kan? Hehehe... Â Sehingga pada akhirnya, julukan profesional pun bakal disandang oleh kelompok pencopet ini.
So, waspadalah.. tapi jangan sampai parno. Asahlah naluri anda dengan banyak mengamati. Amankan posisi barang berharga anda. Jangan lupa berdoa. Kalau saya, naluri terasah karenan rajin mengamati plus pengalaman kecopetan beberapa kali.. Hiks! :(Â
Demikian sepenggal kisah kejadian kemarin pagi, semoga bermanfaat...
Wassalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H