Mohon tunggu...
Chuck Wisnoe
Chuck Wisnoe Mohon Tunggu... Wiraswasta - The cool.....

What is done in a hurry is seldom done well

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman Gaib Sewaktu Kecil Yang Masih Dapat Kuingat

26 Januari 2021   05:46 Diperbarui: 1 Februari 2021   14:22 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Pulungan ( Pixabay )

Pengalaman gaib pertama  ini masih teringat kuat dalam ingatan saya walaupun sudah terjadi beberapa puluh tahun yang lampau. Walaupun saya bukan seorang indigo yang bisa membuka dan menutup pintu alam bawah sadar akan tetapi saya juga bisa mengalami kejadian gaib yang terjadi tanpa di sengaja.

Sejak kecil , menurut cerita almarhuma Ibu saya bahwa saya ini paling sulit kalau disuruh makan , apalagi kalau saya pas asik - asiknya bermain lupa  merasa lapar dan minum. Sampai dioyak - oyak disuruh makan nasi , saya hanya suka makan jajan , seperti pisang goreng dan teman - temannya.

Saya besar di kota Surabaya , saat ini usia saya sudah di atas 50 tahun.  Saya bercerita kisah ini karena saya mengalami sendiri sewaktu saya masih di kelas 6 sekolah dasar , sekitar tahun 1980. Tidak apa walaupun kejadiannya sudah berpuluh tahun berselang , akan saya ceritakan disini.

Waktu itu ,,, saya ada acara pramuka dari Surabaya ,, tepatnya dari daerah Tanjung Perak dimana saya bersekolah disana. Pada.suatu saat, Kami ada acara ke bumi perkemahan yang ada di daerah Pulungan , dekat sama Bandara Juanda , Sidoarjo.

Saya bersama rombongan teman - teman dan guru wali kelas menuju ke daerah Juanda itu naik 2 unit bis angkatan laut yang disewa oleh sekolah kami. 

Sebenarnya kami ke lokasi bumi peekemahan itu hanya acara kunjungan bukannya kami mau berkemah disana. Jadi waktunya hanya beberapa jam di tempat itu. Setelah ada pengarahan dari pembina pramuka , kami diberi waktu untuk istirahat.

Saat itu saya melihat keluar dari bumi perkemahan yang masih berupa sawah dengan padi yang berwarna hijau dan tumbuh subur disana. Secara tak sengaja dari kejauhan saya melihat seperti ada bangunan yang hampir mirip menyerupai bangunan dari bambu dan beratap ijuk warna hitam . Kayaknya kok seperti bangunan pura di Bali , karena juga ada gapuranya.

Maklum saya anak kota jadi jarang melihat suasana pedesaan seperti itu. Akhirnya, saya bersama lima orang teman keluar dari lokasi perkemahan dan menuju ke arah lokasi yang membuat kami penasaran ingin tahu apa sih itu disana.

Saat itu , seingat saya baru sekitar jam 9 pagi kami berlima menuju bangunan yang kayak pura itu. Sampai disana , apa yang kami lihat disana ternyata ada satu makam kuno yang dinaungi atap berijuk. Saya mencoba melihat ke makam tersebut yang diatasnya seperti ada sebuah kitab  yang sudah lusuh berwarna kuning mangkak. Saya tidak tahu itu buku apa karena saya tidak berani memeganggnya. 

Nah , pada saat saya dan teman - teman melihat ke arah makam tersebit , tiba - tiba saya mendengar ada suara  dari belakang saya , yang berbicara seperti ini : " Nak , nek nang kene ojo suwit - suwit ya ". Seketika itu , saya membalikkan badan dan ternyata di belakang kami sudah berdiri seorang  embah ( red = nenek )  yang sudah tua banget mamakai baju tradisional jawa  lengkap dengan jariknya. Nenek  itu perawakannya kecil dan berambut ikal. 

Saya waktu itu spontan menjawab , "  .inggih mbah ". Kemudian saya dan teman - teman  bergegas kembali ke bumi perkemahan yang tak jauh dari lokasi makam tersebit. Dalam benak saya sambil.berjalan , seingat saya tadi waktu kami masuk kesana berlima tidak ada orang sama sekali di sekitar makam itu, kok ujug - ujug ada nenek tua dibelakang kami. Saya tidak tahu apakah teman saya yang lainnya melihat nenek itu atau tidak , saya tidak tahu. 

Selang beberapa tahun , tepatnya tahun 1996, kami sekeluarga pindah ke perumahan di sebelah hotel Utami Juianda. Saya waktu itu kebetulan juga dapat pekerjaan di daerah jl. Senopati, Sidoarjo dekat Juanda.

Suatu saat saya dapat tugas untuk menyetor uang perusahaan ke cabang Bank Mandiri di Bandara Juanda. Saya naik sepeda motor dan  kebetulan mengambil jalan pintas melalui daerah pulungan , kawasan wilayah milik TNI Angkatan Laut. 

Pada aaat itu melintas di kawasan itu, mata saya tiba - tiba melihat tempat yang rasanya saya kenal. Saya beehenti sebentar di depannya dan saya baru ingat kalau saya pernah kesini waktu SD.

Saya semakin penasaran dan malamnya saya sendirian ke lokasi makam itu. Disana , saya bertemu dengan 3 orang yang sudah sepuh ( red = tua ) , salah satunya perempuan. Saya diterima dan dipersilakan duduk di pendopo yang ada di lokasi petulasan tersebut. Saya diberitahu bahwa petilasan itu adalah tempat moksanya Eyang Ratu Dewi Sekarsari yang menurut ceritanya adalah salah satu kerabat dekat Kerajaan Majapahit

Saya disuguhi kopi oleh Pak Seran  ( sudah wafat tahun 2016 ). Waktu itu , saya sempat cerita kepada Pak Seran bahwa pada tahun 1980 saya kesini dan berjumpa dengan  sosok perempuan  tua yang mengenakan pakaian adat jawa. Saya tanya kepada Pak Seran , apakah nenek tersebut sebagai " Juru Kunci " tempat ini ? Tak lama , Pak Seran bertanya balik ke saya ,  " pada waktu itu kejadiannya tahun berapa " ?  Saya spontan menjawab tahun 1980 Pak ! Sambil tersenyum Pak Seran menimpali omongan saya , " lha wong saya jadi juru kunci disini mulai tahun 1965 ". Lho , terus nenek itu siapa Pak ? saya tanya lagi

 Pak Seran menjawab bahwa nenek yang menemui saya waktu itu Eyang Ratu Dewi Sekarsari  yang bersemayam di petilasan ini. Merinding saya mendengar penjelasan dari Pak Seran. Apakah mungkin leluhur yang sudah meninggal bisa menampakkan diri secara nyata ? Itu pertanyaan dalam benak saya.

Pak Seran melanjutkan pembicaraannya bahwa saya adalah orang yang beruntung bisa ditemui secara langsung oleh Eyang Ratu Dewi Sekarsari yang katanya jasadnya moksa di petilasan tersebut. Katanya tidak semua orang bisa bertemu secaraa kasat mata dengan Eyang. 

 Sampai sekarang saya masih sering menyempatkan berkunjung ke petilasan Eyang Ratu Dewi Sekarsari , sudah 20 tahun lebih saya masih selalu berkunjung ke petilasan leluhur ini walaupun Pak Seran sudah meninggal dunia , saya tetap sering sowan kesana yang sekarang poaisi juru kunci diemban oleh Pak Irianto , menantu Pak Seran.

Semoga kita selalu ingat leluhur kita sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun