Koalisi Kekeluargaan yang merupakan gabungan 7 partai (PDI-P, Gerindra, PKS, PPP, Demokrat, PKB, dan PAN) sedang sibuk menentukan Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Sepertinya, mereka agak sedikit pusing (kalau boleh saya berasumsi demikian), untuk memutuskan siapa yang akan dipilih untuk "melawan" Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2017 nanti.
Kita sudah mengetahui bahwa Koalisi Kekeluargaan ini mempersyaratkan 7 kriteria, yaitu: "arif, bijaksana, santun, beradab, bersih, cerdas, dan beretika". Mirip sekali dengan jargon atau kombinasi beberapa jargon Pilkada di daerah lainnya.
Sayangnya, mereka belum berani menguraikan dengan contoh mengenai ketujuh kriteria itu. Mengapa dengan contoh? Karena dengan contohlah perhatian dan simpati masyarakat lebih mudah didapat. Dengan contohlah masyarakat mudah memahami dan tergerak hatinya untuk beralih ke pilihan yang lain.
Oke, kalau tidak mau membahas ketujuh kriteria itu, mari kita bahas satu saja, yaitu: bersih. Untuk keenam kriteria lainnya, anggaplah itu sebagai kriteria klise dan pemanis di bibir saja. Lho, kenapa? Karena kedengarannya mirip-mirip antara yang satu dengan lainnya. Benar atau betul? Hehehe... :)
Apa sih sebenarnya yang mereka maksud bersih itu? Lantas, apa saja contoh dari kriteria bersih itu? Hanya tidak korupsi sajakah?
Kalau kita melihat Ahok selama ini, dia adalah sosok yang bersih. Ini bukanlah penilaian subjektif semata, tapi karena didasarkan pada fakta yang ada. Lagi-lagi, saya lebih suka berbicara berdasarkan fakta, bukan karena suka atau tidak suka dengan seseorang.
Kita sudah mengetahui beberapa kali usaha yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, untuk menjatuhkan atau memfitnah Ahok. Mulai dari  kasus Sumber Waras, Reklamasi Teluk Jakarta, Pembelian Tanah di Cengkareng, dan lain sebagainya, tapi tak ada satupun yang bisa menjerat bahkan membuktikan bahwa Ahok korupsi atau menyelewengkan wewenangnya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Kita juga sudah mengetahui selama ini, bahwa Ahok tidak rela jika APDB dihambur-hamburkan atau dikorupsi begitu saja oleh oknum-oknum di DPRD atau di Pemprov DKI Jakarta. Ahok akan tetap mati-matian menjaga uang rakyat itu dari para perampok yang selama ini mengincarnya.
Tidak berhenti di situ saja. Ahok sendiri berani melakukan Pembuktian Terbalik terhadap harta dan kekayaannya. Betapa polos dan beraninya Ahok melakukan hal itu. Belum ada satupun pejabat di negara ini yang berani dengan lantang berteriak sekaligus membuktikan ucapannya sendiri sama seperti yang dilakukan Ahok.
Secara logika, Ahok yang berani bertindak seperti itu, pasti karena dia tidak punya beban. Ahok tidak punya kepentingan apapun. Dia benar-benar bekerja untuk kepentingan masyarakat DKI Jakarta. Ahok ingin membuktikan kepada masyarakat, bahwa dia bersih. Inilah integritas Ahok yang sesungguhnya, sinkron antara perkataan dan perbuatan.
Terlepas dari penilaian orang lain, apakah yang dilakukan oleh Ahok ini, justru diplintir bagi para haters, sebagai sebuah bentuk kesombongan, saya melihatnya hal ini sebagai bentuk keseriusan Ahok ketika mulai menjabat Gubernur DKI Jakarta. Jadi, beda antara istilah sombong dengan berusaha meyakinkan.