Sayangnya dalam kasus Abu Janda, tidak disebutkan amalan yang lebih reasonable jika ditujukan untuk melempar bola ke Wahabiyah. Ia hanya menyebut 'budaya asli kearifan lokal' sedekah laut dan kebaya.Â
Lalu dalam hal berkebaya, berapa banyak wanita berkebaya yang dalam waktu bersamaan masih menonjolkan aura seksi dalam mode 'keterbukaan' nan pating pecothot? Apa yang demikian mau dikatakan mubah?
Jika saja ia menyebutkan amalan seperti maulid dan tahlilan, bisa jadi masyarakat tak terlalu memojokkan dirinya dan ia lebih mudah menggelindingkan bola pada satu tujuan, Wahabiyah.Â
Polarisasi dalam Politik tidak Inheren dengan Perbedaan Mazhab
Jika ada pendapat yang mengatakan bahwa beda pandangan di atas terbawa pada perbedaan orientasi dalam politik praktis, hal itu tidak beralasan.
Pada praktiknya, dai-dai Wahabi justru bersikap moderat terhadap kepemimpinan di negeri ini. Mereka selalu mengatakan hal yang sama. Jika menilai ada yang salah dalam pemerintahan maka nasehati dengan jalan yang baik. Bukan dengan berdemo apalagi melancarkan cemoohan apalagi menuduh presidennya kafir. Cek video di sini, sini atau di sini.
Jadi bisa ditarik simpulan bahwa dalam kasus ini, Abu Janda mengambil tema yang keliru dalam merespon twit Tengku Zulkarnain. Mengapa?
Karena Tengku Zulkarnain tak ada hubungannya dengan Wahabi sehingga counter Abu Janda mencelat ke pihak lain alih-alih memberikan hantaman balik. Ia adalah orang penting di Dewan Fatwa Mathla'ul Anwar yang dekat dengan NU dalam paradigma beragama. Sementara NU sendiri adalah antitesis dari Wahabisme.
Abu Janda seharusnya menggunakan counter rasional saja dengan mempertanyakan balik tentang 'Ulama dan Islam dihina di NKRI' dalam twit Tengku Zul.Â
Apakah benar kondisi saat ini Islam sedang diplekotho oleh penguasa?, dan yang sadar akan hal itu hanya sebagian kecil umat Islam yang berada di lingkaran Tengku Zul saja?Â
Lalu di manakah para ulama lain yang saat ini tidak ikut berteriak bersama Tengku Zul dan kawan-kawan? Apakah ia menuduh para ulama itu rela jika Islam dilecehkan di negeri ini?