2. Manajer Mumpuni
Apalah arti pebalap mumpuni apabila sebuah tim tidak dikomandoi oleh seorang manajer yang ciamik. Adalah Davide Brivio, sosok yang ditugaskan oleh Suzuki untuk mengepalai squad Hamamatsu setelah 3 tahun lamanya vakum di grandprix motor.
Brivio adalah salah satu key person kesuksesan Yamaha dalam menggondol mahkota juara dunia. Dialah yang mampu membuat Valentino Rossi loncat dari Repsol Honda Team pada 2004 sekaligus membuat Honda paceklik gelar selama beberapa tahun lamanya. Catatan itu nampaknya membuat Suzuki yakin bahwa pria Itali itu mampu membangun kembali kejayaan Suzuki di grandprix motor.Â
Pada masa kepempinan Brivio pula, realisasi tim satelit Suzuki pun santer terdengar. Keberadaan tim satelit tentu akan membantu pabrikan dalam proses pengembangan motor. Meski tanpa tim satelit pun, Suzuki mampu menunjukkan tren perkembangan positif dan sekali-dua kali mencuri kemenangan. Selama ini, selain dari para pebalap regularnya, Suzuki hanya mengandalkan pebalap penguji untuk mengumpulkan data. Â
Isu realisasi satelit Suzuki pada 2022 pun dikaitkan dengan Valentino Rossi. Lagi-lagi karena hubungan baik the Doctor dengan Brivio. Namun kali ini bukan Rossi sendiri yang akan menjadi pebalapnya namun anak asuhannya di VR46 Academy. Menarik ini. Apalagi melihat kiprah anak-anak didik Rossi baik di Moto2 maupun MotoGP yang mulai menunjukkan diri sebagai ancaman. So, kita tunggu saja kabarnya tahun depan.
3. Perubahan Mesin
Sejak bergulirnya grandprix motor 4 tak, Suzuki memilih untuk mengembangkan mesin V4 sebagaimana mayoritas pabrikan di MotoGP. Namun selama kurang lebih satu dasa warsa pengembangan Suzuki V4, prestasi Suzuki adem-adem saja. Satu-satunya kemenangan yang daraih GSVR --julukan motor V4 Suzuki-- adalah saat ia digeber Chris Vermeulen di GP Perancis pada 2007. Akhirnya Suzuki pun angkat kopor pada penghujung 2011.
Baca juga:Â Jakarta PSBB Total? Nggak Apa, Sudah Biasa
Kembali mengaspal di helatan MotoGP pada 2015, Suzuki mengandalkan racikan mesin yang benar-benar baru. Konfigurasi Inline 4 dipilih untuk menggantikan mesin lama. Dengan konfigurasi itu, para engineer Suzuki berupaya memaksimalkan potensi cornering daripada power motor.Â
Mesin-mesin V4 tentu memiliki power yang tak bisa ditandingi oleh Suzuki. Namun kelemahan itu tak selalu dihadapi Suzuki di setiap sirkuit. Mesin Suzuki lebih cocok untuk sirkuit yang tak memilik trek lurus panjang. Sehingga kelincahan pebalap dalam meliak-liukkan motor di tikugan dapat diandalkan untuk merebut posisi. Hal itu terbukti dengan ditelikungnya Jack Miller oleh Joan Mir di detik-detik berakhirnya GP Austria. Kondisi serupa pun terulang pada GP San Marino pekan lalu saat Mir mengungguli Valentino Rossi di lap terakhir pula.
Konfigurasi itupun sesuai dengan mesin Moto2 yang menjadi ajang penjenjangan bagi para pebalap sebelum ke MotoGP. Kondisi ini linier dengan strategi Suzuki yang gemar menggaet talenta muda.
Well, mampukah Suzuki mengulangi kejayaan mereka 20 tahun lalu saat merebut gelar juara dunia dari raksasa grandprix motor, Honda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H