Pada perayaan HUT ke-22 Partai Amanat Nasional (PAN) di Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (23/8) lalu, Amien Rais tak terlihat hadir.Â
Ketum PAN, Zulkifli Hasan saat dimintai keterangan mengenai absennya Amien mengatakan bahwa pendiri PAN itu masuk dalam daftar undangan kendati tak mengetahui alasan ketidakhadirannya.*
Datangi Deklarasi KAMI, Bergabung?
Gerakan (moral atau politik?) yang diinisiasi oleh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin nampaknya mendapatkan dukungan dari Amien Rais.
Ia bersama putranya, Hanafi Rais terlihat hadir pada acara deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Tugu Proklamasi pada Selasa (18/8) lalu. Meski demikian, namanya tak tercatat sebagai deklarator gerakan itu.
Menurut salah satu inisiator KAMI, M Jumhur Hidayat, sejumlah pemikiran Amien Rais sebangun dengan pemikiran KAMI. Tak adanya nama Amien dalam daftar deklarator lebih disebabkan karena kesibukan tokoh reformasi itu berkenaan dengan partai yang akan didirikannya.
Ditanya mengenai partai baru Amien, Din menyatakan sikapnya yang tak berniat untuk bergabung. Hal itu diungkapkannya dalam sebuah wawancara di channel Youtube Refly Harun, Selasa (12/5).
"Saya tidak terlibat di politik [praktis] karena saya sekarang dosen PNS. Kedua, pendekatan saya dalam berjuang adalah lewat politik moral dan lintas agama," demikian ujarnya.*
Din sendiri saat ini menduduki posisi guru besar Ilmu Sosial Politik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Beda Gaya, Din Pernah Kritik Amien
Meski kini dikatakan berada di posisi yang sama, Din pernah melontarkan kritik kepada pendahulunya di PP Muhammadiyah itu. Itu terjadi saat Amien berkomentar mengenai kegiatan Presiden Joko Widodo yang membagi-bagikan sertifikat tanah pada 2018 lalu.
Kegiatan presiden itu mendapat komentar miring dari Amien dan dikatakannya sebagai sebuah kebohongan belaka.Â
Komentar Amien itu pun mendapat kritikan Din yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI. Beberapa program Jokowi menurutnya sudah terlihat realisasinya. Untuk itu ia menyarankan bahwa setiap kritik seyogyanya didasari dengan data yang valid.*
Ia pun melanjutkan bahwa dalam kehidupan bernegara, tak elok jika para elit politik berkoar saling menebar ancaman karena akan menggangu kerukunan. Sebab itu, yang dibutuhkan saat ini bukanlah hal yang demikian melainkan sikap negarawan para elitnya.Â
Sebagaimana diketahui, akibat ungkapan pedas Amien kala itu, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan gusar dan sempat mengancam akan membuka dosa Amien Rais di masa lalu.
Hal itu disampaikannya saat berpidato di Gedung BPK, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (19/3/2018). Ia pun mengungkapkan kegerahannya terhadap tuduhan asal bahwa pemerintah pro terhadap PKI.
Din dan Amien, Sekutu Beda Jalan?
Sebagian kalangan pesimis terhadap pernyataan bahwa KAMI akan bergerak di lini moral. KAMI pun menolak jika dikatakan sebagai barisan sakit hati.
Tapi bukan tidak mungkin, Amien dan KAMI dapat bersinergi dalam menarik simpati masyarakat. Keberadaan mereka, bahasa bebasnya adalah sebagai politik formal dan non formal.
Amien dengan partai barunya tentu membutuhkan dukungan masif dalam menghadapi persaingan yang tak mudah. Nama besarnya mungkin sudah bukan menjadi jaminan lagi dalam meraup pengikut. Sebab sebagian pengagumnya telah memalingkan wajah darinya dan kini pun ia seolah terbuang dari partai yang didirikannya.
Dengan menjadi dekat dengan para elit KAMI, bisa jadi Amien dapat mengail keuntungan. Hanya mengandalkan dukungan loyalis tentu tak cukup.
Ia pun bisa berusaha untuk mendapatkan dukungan dari mantan pendukung Prabowo yang merasa kecewa karena menghadapi realita bahwa Prabowo dan Jokowi kini justru bersinergi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H