"Jalarane [penyebab]-nya kesalahpahaman. Ada wargaku mau lamaran. Rumangsane acara yang melanggar," ujar Lurah Pasar Kliwon, Supatno pada Minggu (9/8/2020).
Mengenai motif penolakan sebenarnya, polisi masih melakukan penyelidikan seiring dengan ditangkapnya para terduga pelaku.Â
Namun dari keterangan Supatno di atas, kesimpulan sementara penyebab penyerangan itu bukanlah tradisi yang dikenal sebagai midodareni. Meski tradisi-tradisi di masyarakat seperti itu pada kenyataannya memang ada yang menggugat dan menyebutnya sebagai kegiatan yang tak bersesuaian dengan ajaran Islam. Bahkan di antara tradisi itu disebut sebagai warisan agama yang dipeluk oleh orang Jawa sebelum datangnya Islam.Â
Lalu apa gerangan yang disinyalir sebagai acara yang melanggar itu?Â
Hasil penelusuran saya di media daring, acara tersebut dikaitkan dengan tradisi kaum minoritas di Indonesia yakni kaum Syiah*.
Syiah menjadi bahasan sensitif di kalangan umat Islam. Oleh media-media tertentu, ajaran ini divonis bukan saja menyempal dari ajaran Islam namun sudah bisa dibilang keluar dari Islam alias kafir. Dan siapa golongan yang menjadi sponsor media-media tersebut pun bisa ditengarai dengan mudah. Untuk mempresentasikan wajah buruk Syiah, disajikan pula berbagai konflik kekinian yang melibatkan Syiah dan Sunni. Suriah dan Yaman adalah contohnya.Â
Carut marutnya konflik dalam negeri yang melibatkan bukan hanya satu faktor pun disederhanakan menjadi konflik sektarian, Sunni versus Syiah. Dan masyarakat tanah air pun buru-buru mengikuti arahan propaganda media-media tersebut. Betul, bisa jadi ada konflik bertema sektarian di sana. Tapi amat mungkin, ada faktor lain yang justru lebih besar dan membuat konflik membara begitu dahsyatnya.Â
Counter Propaganda Sunni vs Syiah
Sebenarnya banyak media yang menyajikan counter terhadap propaganda sektarian di Timur Tengah. Namun sebagian kalangan sudah kadung memakan pemberitaan sebelumnya yang menyatakan bahwa konflik sektarianlah yang terjadi di sana.Â
Bahkan saking yakinnya dengan pemberitaan itu, mereka tak segan menuduh golongan lain yang berbeda sikap dengan mereka sebagai pro Syiah. Hal itu yang kemudian menjadikan tuduhan Syiah menjadi lazim dan tak terkontrol.
Dan bisa jadi, keberhasilan propaganda anti Syiah itu mewujud dalam masifnya penolakan sebagaian warga di Solo beberapa waktu lalu. Jika memang hal itu yang terjadi maka cukup beralasan jika fanatisme sektarian dapat dengan mudah mengoyak kebersamaan di masyarakat pecinta kedamaian sekalipun. Â