Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Sosok di Balik Sukses Para Pebalap Grandprix Motor

9 Agustus 2020   00:15 Diperbarui: 18 Agustus 2020   12:20 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emilio Alzamora saat mendampingi Marc Marquez dalam kompetisi GP 125cc Spanyol I Foto hondaracingcorporation.com

Pada penyuka balap grandprix motor pasti mengenal nama besar macam Valentino Rossi, Casey Stoner, Jorge Lorenzo atau Marc Marquez . Lalu generasi '90-an, saat kejuaraan dunia itu masih mengandalkan mesin 2 langkah, orang mengenal Mick Doohan, Wayne Rainey atau Kevin Schwantz.

Namun orang-orang yang menemukan bakat atau menyokong mereka, bisa jadi jarang orang yang mengetahui. Meskipun di antara para pemain di belakang layar itu pun pernah menjadi jawara di masanya. Yuk, kita tengok siapa saja mereka itu.

Berita lainnya :

1. Giacomo Agostini 

Selain masih memegang rekor gelar juara dunia terbanyak di semua kelas, Agostini pun pernah berkiprah menjadi manajer di ajang yang membesarkan namanya itu. 

Mundur dari lintasan pada 1977, Ago kembali ke paddock pada 1982 sebagai seorang manajer tim. 

Membesut tim yang disokong oleh Marlboro, Marlboro Yamaha Team Agostini, merebut 3 gelar di kelas utama melalui Eddie Lawson pada 1984, 1986 dan 1988. Dan dalam kurun waktu 1986 hingga 1990, pria berpaspor Italia itu pun mengasuh tim di kelas 250cc dan menggaet Luca Cadalora (juara dunia 250cc tahun 1991 dan 1992) dan Alex Criville (juara GP 500cc musim 1999). Karir manajerial Ago di Yamaha berakhir pada 1992. 

Di tahun berikutnya, dia membela pabrikan asal negerinya, Cagiva, hingga tahun 1994 saat pabrikan itu mundur dari grandprix motor. Selama setahun kemudian, Agostini hanya fokus pada Gp 250cc bersama Honda hingga dia benar-benar mundur dari kompetisi balap motor prototype.

2. Kenny Roberts

Kenneth Leroy Roberts dikenal sebagai godfather-nya balap motor asal Amerika Serikat. Roberts adalah seorang pebalap yang aktif pada 1974 - 1983. Bersama Yamaha, Roberts merengkuh gelar pada 1978 - 1980 sekaligus menjadi juara dunia grandprix motor pertama yang berasal dari negeri Paman Sam. Pensiun pada akhir musim 1983, dia lalu fokus menjadi manajer di tim miliknya, Team Roberts. 

Tahun 1990 adalah awal masa keemasan Team Roberts. Mendapat sokongan dari Marlboro, pebalap Team Roberts menjadi raja di dua kelas sekaligus. Wayne Rainey di GP 500cc dan John Kocinski di kelas 250 cc. Rainey pun berhasil mengulangi kesuksesan Roberts dengan menjadi nomor 1 selama 3 tahun berturut-turut, 1990 hingga 1992. Langkahnya terhenti saat mengalami kecelakaan fatal di sirkuit Misano Italia pada 1993  yang membuat kakinya lumpuh. 

Setelah kurang lebih 25 tahun bersama Yamaha, Roberts pun mewujudkan ambisinya menjadi tim yang membangun motornya sendiri. Diapun mendapatkan sponsor dari pabrikan Malaysia, Proton pada 1997 dan lahirlah Proton Team KR yang mengandalkan mesin 2 langkah 3 silinder. Saat regulasi mengubah mesin 2 langkah menjadi 4 langkah, Team KR pun membangun mesin baru berkapasitas 990 cc 5 silinder, menyontoh project awal RC211V Honda.

Marlboro Yamaha Team Roberts mengandalkan juara dunia GP 500cc 1989, Eddie Lawson dan Wayne Rainey. Di kelas 250 cc, Team Roberts membawa pulang gelar ke AS melalui John Kocinski I Foto Gazzeta.it
Marlboro Yamaha Team Roberts mengandalkan juara dunia GP 500cc 1989, Eddie Lawson dan Wayne Rainey. Di kelas 250 cc, Team Roberts membawa pulang gelar ke AS melalui John Kocinski I Foto Gazzeta.it
Team Roberts akhirnya mundur dari peta persaingan MotoGP pada 2007 karena tak mendapatkan sponsor.

3. Fausto Gresini

Masih ingat pebalap kribo yang digadang-gadang menjadi penerus Valentino Rossi? Yup, siapa lagi kalau bukan Marco Simoncelli. Namun belum lama berkiprah di kelas utama, Simoncelli harus mundur dari kejuaraan untuk selamanya karena tewas selepas mengalami kecelakaan fatal di Sirkuit Sepang pada 2011 lalu.

Siapa juga yang masih ingat Daijiro Kato? Dia adalah juara dunia GP 250cc pada 2001 yang mencatat rekor 11 kemenangan dalam 1 musim. Namun sayang, perjalanannya juga terhenti setelah dia mengalami kecelakaan hebat di Sirkuit Suzuki pada 2003. Setelah koma selama 2 pekan, nyawanya pun akhirnya tak tertolong.

Simoncelli dan Kato adalah 2 pebalap yang pernah berada di tim asuhan Fausto Gresini, Gresini Racing. Pebalap papan atas lain yang besar bersama Gresini diantaranya adalah Sete Gibernau (runner up MotoGP 2003 & 2004), Marco Melandri (runner up MotoGP 2005), Toni Elias (juara dunia Moto2 2010), Enea Bastianini (runner up Moto3 2016) dan Jorge Martin (juara dunia Moto3 2018).

Fausto Gresini, sebelumnya adalah juara dunia GP 125cc di tahun 1985 dan 1987. Gresini Racing dibentuk pada 1997 dan masih aktif hingga kini. Kiprah tim ini komplit di semua kelas, termasuk di MotoE dimana  Matteo Ferrari mengukuhkan diri menjadi juara dunia balap motor elektrik yang pertama. 

Pada musim ini, Aprilia Racing Team Gresini mengandalkan Aleix Espargaro dan Bradley Smith di kelas MotoGP. 

4. Lucio Cecchinello

Cecchinello memang tidak sehebat 3 orang di atas. Partisipasinya di GP 125cc pada 1993 hingga 2003 hanya menghasilkan posisi terbaik peringkat 4 klasemen akhir (2001 dan 2002). 

Pada 1996, pria 50 tahun itu membentuk tim balapnya sendiri berjuluk Team LCR (Lucio Cecchinello Racing). Dia pun bertindak sebagai pebalap sekaligus sebagai manajer. LCR hingga kini adalah tim satelit yang menghasilkan beberapa pebalap handal meski mereka menjadi juara dunia setelah meninggalkan LCR.  

Sebut saja Casey Stoner yang membela LCR-Honda pada 2006. Di tahun berikutnya, pria berkebangsaan Australia itu menjadi kampiun saat membesut Ducati Desmosedici. Prestasi yang sama diulanginya pada 2011 saat membela Repsol Honda Team. Nama lain yang bisa disebut adalah Randy de Puniet yang menghuni peringkat ke-3 GP 250cc musim 2004 dan Roberto Locatelli.

Pada musim 2019 lalu, LCR melalui Cal Crutchlow, mampu menembus 10 besar klasemen akhir pebalap (posisi ke-9). Dan Crutchlow menjadi pebalap ke-2 Honda yang mampu mengumpulkan poin terbanyak setelah Marc Marquez. 

5. Emilio Alzamora

Nama ini asing di telinga Anda? Mungkin. Tapi bagaimana dengan Marc Marquez dan Alex Marquez. Tentu tak asing, kan?

Adalah mantan pebalap GP 125cc asal Spanyol, Emilio Alzamora Escardibul yang menemukan talenta Marc Marquez dan sang adik, Alex. Alzamora pun mempunyai catatan unik di GP 125cc. Pada musim 1999, dia merebut mahkota juara dunia setelah bersaing ketat dengan Marco Melandri meski tanpa memenangkan 1 balapan pun. Dia pensiun di penghujung musim 2003 dan diangkat menjadi CEO Monlau Competicion Technical School pada 2005, sebuah pusat pelatihan di Barcelona yang disokong penuh oleh Repsol.

Alzamora telah melihat bakat Marc Marquez saat membalap di GP 125cc Spanyol di usianya yang ke-12. Dan benar saja, di bawah asuhannya, Marc hingga kini berhasil mengantongi 8 gelar juara dunia yang 6 diantaranya gelar di kelas utama. 

Tahun 2019 menjadi tahun terbaik Alzamora sebagai manajer. Marquez bersaudara berhasil menyatukan 2 gelar, Marc di kelas utama dan Alex di kelas Moto2. Tahun ini pun mereka berdua dikumpulkan dalam 1 tim, Repsol Honda Team, meski tahun depan posisi Alex dipastikan tersisih oleh pebalap KTM yang merupakan rival kakaknya di Moto3 dan Moto2, Pol Espargaro.

- Dari berbagai sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun