Dalam kondisi politik negeri seperti ini, memang susah-susah gampang untuk memahamkan masyarakat awam akan pergumulan pendapat internal umat Islam seperti di atas. Sebab mereka yang dinisbatkan mewakili Islam hakiki menempatkan diri sebagai oposisi rejim yang dianggap sebagai musuh kebenaran hingga dengan mudah menarik simpati khalayak.Â
Para simpatisan HTI tentu tidak --atau enggan-- melihat kenyataan bahwa golongan itu juga diemohi oleh pemerintah negeri lain yang mereka idolakan. Turki misalnya. Berbekal simpati kepada sosok Recep Tayip Erdogan, mereka tutup mata terhadap tindakan aparat negeri itu terhadap Hizbut Tahrir di Turki. Apatah lagi terhadap perlakuan rejim Turki terhadap gerakan para Gulenist.Â
Kondisi itu menjadi PR besar bagi para ilmuwan muslim tanah air.
Anti Nasionalisme, Jangan Sewot Dibilang Tak Nasionalis
Kita masih ingat dengan ungkapan masyhur Felix tentang nasionalisme yang tak ada dalilnya. Dalam kasus ini, nahdliyyin sepertinya menjadi pihak yang paling tersindir. Sebab merekalah yang selama ini akrab dan mengakrabkan istilah "hubbul wathan minal iman", cinta tanah air adalah bagian dari iman. Sebagian orang bahkan kecele dengan menuduh nahdliyyin telah mempercayai hadits palsu. Padahal nyatanya ungkapan itu memang bukan diyakini sebagai kalam Nabi.
Twit "Nasionalisme tak ada dalilnya" Felix dianggap sebagai pelecehan terhadap para sesepuh NU terutama Syekh Hasyim Asy'ari sendiri. Bela tanah air yang digaungkan para founding fathers NU pada era pra dan pasca kemerdekaan dipersalahkan gegara dianggap tak memiliki dalil naql.Â
Berkaca pada pandangannya itu, tak selayaknya Felix sewot jika dikatakan tak memiliki rasa nasionalisme.Â
Harusnya dia berani berkata bahwa dirinya dan golongannya lebih sempurna dari para nasionalis dan pancasilais. Tak perlu ber-taqiyah menjadi bagian dari masyarakat yang mengakui sebuah negara bangsa, yang menurut mereka tak qur'ani. Tak pula bersikap plintat plintut dengan bersembunyi di balik ungkapan bahwa Pancasila sudah begitu islami sehingga tak perlu dipertentangkan dengan Islam. Siapa juga yang mau mempertentangkan Pancasila dengan Islam to?
Di titik ini, boleh juga kita menukil perkataan Bung Karno yang selama ini kerap dipakai oleh mereka. “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri."Â