Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Prediksi Maret Akurat, BIN Perkirakan Lonjakan Hampir 70 Ribu Kasus Covid-19 pada Mei, Faktor Mudikkah?

5 April 2020   08:16 Diperbarui: 6 April 2020   12:18 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo dalam pemaparannya | Kompas.com

Dalam rapat kerja secara on line dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) Komisi IX Kamis (2/4), Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo menyatakan bahwa penyebaran Covid-19 di tanah air akan mengalami puncaknya pada Juli. Tak main-main, dia menyebut angkanya hingga ratusan ribu kasus. 

BIN : Akhir Juli Capai 100 Ribu Kasus Lebih

Hal yang dipaparkan oleh Doni adalah data yang telah disusun oleh Badan Intelejen Negara (BIN). Sempat dipertanyakan perannya oleh sebagian orang, kini BIN mempresentasikan angka hasil perhitungan yang cukup mengejutkan. Sebab jumlah yang bisa dicapai oleh Indonesia diprediksi dapat melebihi kasus positif corona yang terjadi di Cina. 

Berdasarkan catatan situs Worldometer, kini Cina sebagai negara pertama yang mengumumkan kasus corona berada di posisi ke-6 dengan 81.639 kasus. Sedangkan kasus terbanyak terjadi di Amerika Serikat yakni 309,728 kasus, disusul oleh negara-negara Eropa yaitu Spanyol (126,168 kasus), Itali (124,632 kasus), Jerman (96,092 kasus) dan Perancis (89,953 kasus).

Sementara itu, prediksi yang disampaikan oleh BIN via Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dikutip dari Kompas adalah sebagai berikut :

  • Akhir Maret 1.577 kasus
  • Akhir April 27.307 kasus
  • Akhir Mei 95.451 kasus
  • Akhir Juni 105.765 kasus
  • Akhir Juli 106.287 kasus

Untuk menilai akurasi prediksi tersebut, kita bisa cek data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengenai kasus aktual yang terjadi pada akhir Maret 2020. Dan ternyata angka di data Kemenkes tidak berbeda jauh dari prediksi BIN, yakni 1.528 kasus. 

Artinya sejauh ini bisa kita katakan bahwa berdasarkan data akhir Maret 2020, akurasi prediksi BIN mencapai 99%.

Sumber : Twitter BNPB
Sumber : Twitter BNPB
Meski begitu, kita tentu berharap bahwa hasil hitungan BIN untuk bulan-bulan berikutnya tidaklah mendekati realita di lapangan.

Tapi tentu akan lebih baik jika data BIN dijadikan sebagai peringatan bahwa semua pihak baik instansi berwenang maupun masyarakat tidak bisa main-main dalam menghadapi pandemi ini.

Peningkatan Tertinggi Antara April dan Mei, Andil Mudik Lebaran?

Data BIN mempresentasikan peningkatan tertinggi terjadi selama bulan Mei. Ada penambahan jumlah sebesar 68.144 kasus dari prediksi kasus yang terjadi pada bulan April. 

Dan sebagaimana kita tahu, pada penghujung Mei 2020 terdapat Hari Raya Idul Fitri yang biasanya didahului dan diikuti oleh tradisi pulang kampung atau mudik lebaran. 

Dua hal tersebut nampaknya cukup beralasan jika dikaitkan. Yang menjadi pertanyaan ialah apakah memang benar bahwa prosesi mudik itu menyumbang peningkatan angka kasus yang signifikan ataukah memang ada faktor lain yang lebih dominan.

Kampanye untuk tak mudik sudah digaungkan oleh berbagai pihak. Dan pembatalan program mudik gratis pun sudah dilakukan oleh beberapa instansi. 

Pagi ini, melalui sambungan telepon 121 saya mendapatkan informasi bahwa bagi calon penumpang kereta api yang hendak membatalkan tiket antara tanggal 23 Maret hingga 4 Juni 2020 (mohon cek ulang untuk validitasnya), dana akan dikembalikan 100% dengan melalui prosedur yang digariskan KAI. 

Berbeda dengan hari bisa yang mengenakan potongan 25% dari total nilai tiket. Hal itu layak dinilai sebagai dukungan KAI terhadap kampanye tak mudik pemerintah.

Namun melihat pernyataan pemerintah yang tak tegas melarang mudik, nampaknya hanya kontaproduksi yang terjadi. Pertimbangan ekonomi menjadi konsideran utama pemerintah dalam tindakannya tersebut. 

Atau justru telah terjadi ketidakseragaman pendapat di antara mereka?

Tempo hari, melalui telewicara dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyatakan bahwa dirinya telah mendorong Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengeluarkan fatwa keharaman mudik di tengah wabah yang tengah menjangkit. Demikian dilansir CNN Indonesia.

Sejauh ini, terkait pandemi Covid-19, MUI telah mengeluarkan beberapa fatwa. Diantaranya fatwa tentang diperbolehkannya salat Dhuhur sebagai pengganti salat Jumat, fatwa penanganan jenazah positif corona hingga fatwa petugas medis tak perlu wudu dalam melaksanakan salat saat mengenakan alat pelindung diri (APD).

Baca juga artikel lainnya :

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun