Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baswedan Soal "Menjadi" Gubernur Indonesia

5 Februari 2020   13:12 Diperbarui: 5 Februari 2020   16:08 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan | Nusantaratv.com

Wis, bab tafsir mentafsir ini seru pokoknya. Kita mah bebas.

Pujian Anies Untuk Kiai Said

Seolah membalas perkataan Kiai Said, Anies mengutarakan kekagumannya terhadap lulusan S3 Universitas Umm al-Qura Arab Saudi itu.

“Kalau sudah Kiai Said ceramah, kita selalu nyimak amat serius karena ada akumulasi pengalaman yang luar biasa. Karena itu, rekamannya pasti beredar. Pasti muter. Pasti itu. Dan saya kalau terima rekaman pasti simak sampai tuntas karena di sana ada akumulasi,” begitu katanya.

Sosok yang pernah memimpin Universitas Paramadina itu juga memuji hafalan Kiai Said oleh sebab ceramah yang disampaikannya begitu detail. Mungkin yang kurang sependapat dengan pak Gub, bisa searching di youtube. Salah satunya saat beliau menerangkan mata rantai (sanad) keilmuan Nahdlatul Ulama dari Syekh Hasyim Asy'ari hingga Rasulullah SAW dengan runtut dan contoh beberapa kitab karangan ulama pada zamannya. Jadi jangan cuma baca berita basi tentang jenggot saja, ya.

Bagi pendukung Anies, Kiai Said mungkin akan dianggap sebagai figur antagonis. Melihat bagaimana sikapnya terhadap gerakan 212 misalnya. Yang lebih terkesan tak mendukung meski PBNU sebagai lembaga yang dipimpinnya menyatakan netral. Namun pada suatu saat, sang pujaan teman-teman 212 itu justru memberikan apresiasi kepada sang kiai. 

Hal yang sama terjadi pada kasus Prabowo. Masih segar di ingatan, seberapa tingginya semangat para pendukung tuan jenderal dalam kampanye presiden lalu. Militansi tinggi tak tertandingi. Namun ternyata yang terjadi kini justru Jokowi berhasil mengajak Prabowo ikut serta dalam gerbongnya. 

Kejadian di atas menggambarkan bahwa hidup itu dinamis dan kadang tak selebay yang kita bayangkan. Buat apa kita fanatik-fanatikan terhadap figur padahal kita sedang berada di alam yang begitu cair dan akrab dengan perubahan. 

Cintailah sesuatu seperlunya, nggak perlu sampai diukir hingga tulang sungsum. 

Coba kita tanya nurani. Bagi para pengkritik Anies Baswedan, apakah kritikan yang dilontarkan bernilai ilmiah atau karena hanya ketidaksukaan saja? Atau balik. Bagi pendukung Anies, apakah mereka tak enggan memberikan suaranya jika ada hal-hal yang dirasa kontraproduktif bagi kota ini?

Dan bagi pembenci Kiai Said, apakah mereka paham sepenuhnya tentang apa yang dilontarkan kepada sang kiai, ataukah sekedar lontaran kekesalan yang berasal dari keterbatasan pengetahuan dalam memahami perkataan sang kiai? Dan bagi teman-teman nahdliyyin, nampaknya nggak perlu ditanya bagaimana jika ada suatu hal dari beliau yang sekiranya nggak sreg di hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun