Tunggu dulu, jangan keburu bully saya karena judul di atas. Sebab itu bukan dari saya melainkan perkataan Ketum PBNU, KH. Said Aqil Siroj.
Sebut Anies sebagai Gubernur Indonesia, Kiai Said Sengaja?
"Para pejabat pemerintah yang hadir wabilkhusus, gubernur Indonesia Sayyidul Habib Anies Baswedan. Ini cucu dari pahlawan nasional Bapak Abdurrahaman Baswedan dari Kuningan Cirebon,"Â ujar Kiai Said saat memberikan sambutan saat peletakan batu pertama pembangunan gedung baru PBNU di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat (31/1).
Perkataan Kiai Said itu terang saja disambut para hadirin dengan tawa. Tawa dengan maknanya masing-masing.
Para pendukung Anies barangkali akan buru-buru men-ta'wil atau menafsirkan perkataan Kiai Said sebagai sebuah doa.Â
"Wah, jangan-jangan pak kiai mendoakan gubernurku biar jadi 'gubernur Indonesia' sungguhan pada 2024 mendatang", begitu kira-kira batinnya berkata.Â
Lebih jauh lagi, ada yang menghubungkan perkataan itu dengan sikap pengasuh Ponpes Luhur al-Tsaqafah Jagakarsa yang dinilai kritis terhadap pemerintah akhir-akhir ini. (Ehm, padahal kritisnya nggak cuma akhir-akhir ini juga sih). Mereka berpikir bahwa Kiai Said sudah memalingkan muka dari Jokowi sebagai orang nomor 1 di Jakarta, eh, Indonesia.
Mungkin ada pula yang langsung meyakini bahwa Kiai Said memiliki sifat kasyaf, bisa melihat masa yang akan datang. Sehingga perkataan beliau itu dianggap sebagai sebuah pertanda bahwa masa depan Indonesia suatu saat nanti akan berada di tangan Gubernur DKI saat ini.
Di lain pihak, non partisan Anies akan langsung berpikir bahwa Pak Kiai telah salah sebut. Slip of tounge bahasa kulonnya. Mereka lebih memilih 'menyalahkan' Kiai Said daripada meyakini perkataan itu sebagai sebuah kesengajaan.
Atau bisa jadi, mereka yang nggak sebarisan dengan Anies menafsirkan perkataan itu sebagai sebuah sindiran belaka. Sindiran kepada mereka yang kerap bermain dengan ungkapan 'gubernur rasa presiden'.Â