Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo adalah nama-nama yang mewakili keperkasaan Yamaha di pertengahan 2000 hingga sepuluh tahun kemudian. Namun tidak untuk beberapa tahun belakangan ini. Yamaha meredup seiring dengan menguatnya Ducati dan tak tersentuhnya Honda.
Duet Maut, Rossi - Lorenzo
Bagaimanapun juga, Rossi adalah dewa penyelamat Yamaha di grandprix motor. Selama belasan tahun semenjak Wayne Rainey memenangi kompetisi pada 1992, praktis tak ada gelar bagi pabrikan yang bermarkas di Hamamatsu itu.Â
Kedigdayaan Max Biaggi di kelas 250cc tak berhasil diboyong ke kelas utama, GP 500cc hingga awal 2000-an saat mesin 2 tak digeser oleh mesin 4 tak berkapasitas 1000 cc.Â
Lalu Rossi yang mengantarkan Honda menjadi kampiun di masa transisi itu (2002 dan 2003) datang ke Yamaha dan menggeser dominasi pabrikan yang semula dibelanya itu. Mahkota juara pun hinggap ke Yamaha.Â
Dari 2004 hingga 2015, Yamaha mampu merebut 7 gelar, masing-masing oleh Rossi (2004, 2005, 2008 dan 2009) dan Lorenzo (2010, 2012 dan 2015).
Kepergian Rossi dan Lorenzo ke Ducati secara bergantian membuat Yamaha limbung. Ditambah lagi dengan kepergian sang otak pengembangan YZR-M1, Masao Furusawa.Â
Pendatang baru cukup potensial sempat berlabuh ke Yamaha. Diantaranya Johann Zarco yang bergabung dengan Yamaha Tech 3 pada 2017. Juara dunia Moto2 2015 dan 2016 itu melintasi 2 musimnya bersama Yamaha di posisi ke enam klasemen akhir. Tak jauh dari posisi Rossi dan Vinales sebagai pebalap utama.Â
Sayangnya, pamitnya Tech 3 dari daftar tim satelit Yamaha, diikuti pula dengan tak adanya kursi kosong di kubu garputala. Zarco pun merapat ke KTM di musim 2019 meski hanya sampai pertengahan musim.