Pernyataan Menkes itu secara tak langsung menyangkal informasi yang disampaikan oleh direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina, Gao Fu. Sebelumnya pejabat Cina itu mengungkapkan adanya indikasi bahwa 2019-nCov berasal dari hewan liar yang dijual di pasar makanan laut di Wuhan.Â
Studi lain menyebutkan bahwa vektor virus corona adalah jenis ular berbisa yang ditemukan di Cina bagian tengah dan selatan serta  Asia Tenggara.Â
Berbekal sampel virus yang diisolasi dari pasien mengalami sakit selepas berkunjung ke Wuhan pada akhir Desember lalu, para ilmuwan di Cina berhasil menentukan kode genetik virus dan menggunakan mikroskop untuk memotretnya. Mereka lalu menyimpulkan bahwa patogen yang bertanggung jawab atas pandemi ini adalah virus corona baru. Demikian dilaporkan CNN.
Penemuan Inang Virus Korona di Gorontalo
Pada 2013, gabungan mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Sam Ratulangi, dan Universitas Negeri Gorontalo, telah melakukan penelitian terhadap sejenis kelelawar di Gorontalo.
Mengambil sampel berupa urin, kotoran dan biopsi kulit kelelawar berjenis kalong hitam (Pteropus Alecto) di Hutan Bakau Olibuu, para mahasiwa melakukan riset untuk mengidentifikasi genetik inang.
Dari 95 sampel yang diambil, 24 di antaranya diduga positif terkena virus corona (Bat CoV). Lalu untuk merunut susunan genetikanya, 8 dari 24 sampel tersebut diteliti lebih lanjut.Â
Hasilnya, 3 sampel Bat Cov itu identik dengan virus corona yang pernah menyerang kelelawar berjenis Dobsonia Moluccensis yang tinggal di Surabaya dan Yogyakarta. Sedangkan sisanya, sebanyak 5 sampel identik dengan Bat Cov yang berasal dari Thailand.
Meski diklaim dapat menularkan virus melalui bekas gigitan pada buah yang lalu dikonsumsi manusia, hingga kini belum ada laporan tentang penyakit yang ditularkan melalui vektor ini. Hal itu nampaknya memerlukan studi lanjutan agar ditemukan sebab-sebab ilmiahnya*.
Baca juga artikel lainnya :
- Coronavirus, Bukti Cina Langgar Konvensi Senjata Biologi?
- Seksi, Kenapa Gitu?
- Grid Girl, Eksistensi dan Kontroversinya
- Krisis Xinjiang: Laporan Wall Street Journal, NU-Muhammadiyah, dan Ladang Minyak Junggar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H