Per hari ini, setidaknya terdapat 13 negara yang melaporkan adanya wabah Coronavirus di wilayahnya.Â
Cina menjadi negara dengan jumlah kasus terbesar. Otoritas kesehatan Cina melaporkan bahwa hingga 25 Januari, 52 orang tewas yang 3 diantaranya adalah para dokter asal Beijing yang terjangkit virus itu selepas pulang dari Wuhan. Sementara 1.975 orang lainya positif terpapar virus yang menyerang paru-paru itu.Â
Dari negeri tirai bambu, penyebaran virus menyeberang ke negara-negara Asia lain seperti Jepang, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Taiwan dan Korea Selatan.Â
Pada 20 Januari, coronavirus dilaporkan telah menjangkiti seorang pria yang mendarat di Washington selepas kunjungannya ke Wuhan. Nepal dan Perancis mengkonfirmasi kasus pertamanya pada 24 Januari lalu. Dan Australia menyusul pada 25 Januari setelah seorang pria dinyatakan positif terjangkit*.
Kebocoran Fasilitas Senjata Biologi Cina?
Bagi sebagian kalangan, musibah kerap diidentikkan dengan murka Tuhan. Tak terkecuali yang satu ini. Mengaitkan perlakuan pemerintah Cina kepada etnis Uighur di Provinsi Xinjiang, mereka yakin bahwa musibah itu masuk dalam katagori azab.Â
Di Xinjiang sendiri telah ditemukan warga yang terjangkit virus ini merujuk pada pemberitaan Business Insider. Disebutkan bahwa 2 orang telah teridentifikasi positif terjangkit virus corona.Â
Seorang mantan perwira intelejen Israel, Dany Shoham menengarai adanya hubungan virus corona dengan aktivitas biokimia yang ada di Wuhan. Berbicara pada Washington Times, mantan perwira berpangkat letnan kolonel itu menyatakan bahwa laboratorium di terlibat dalam penelitian dan pengembangan senjata biologis rahasia Cina.Â
Pada pekan lalu, Radio Free Asia menyiarkan ulang sebuah laporan televisi lokal Wuhan dari tahun 2015 yang menunjukkan keberadaan laboratorium penelitian virus paling maju di Cina yang dikenal dengan Institut Virologi Wuhan. Berawal dari kebocoran di fasilitas itulah virus corona menebar teror.
Pada 2019, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat merilis laporan tentang indikasi adanya praktek pengembangan senjata biologis oleh pemerintah Cina dan mengkhawatirkan kepatuhan pemerintahan Xi Jinping terhadap Biological Weapons Convention (BWC) di mana Cina bergabung pada 1985. Bisa ditebak, Cina menyangkal tudingan tersebut.
Sebelumnya kepada media, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina, Gao Fu mengindikasikan bahwa 2019-nCov berasal dari hewan liar yang dijual di pasar makanan laut di Wuhan.