Pesan itu selayaknya juga diterima sebagai ajakan untuk tak berbuat lebih dalam mengembangkan sikap permusuhan kepada para pihak yang telah "menghabisi" Gus Dur.Â
Bukankah jalan cerita bangsa ini juga tercipta oleh sengketa politik antara para pelaku sejarah? Politik selalu dikaitkan dengan kalah dan menang, intrik dalam kekuasaan. Selama bangsa ini eksis, hal itu akan selalu ada.
Buku karya Virdika ini tak selayaknya ditempatkan sebagai sebuah media untuk menyemai bibit permusuhan dan melestarikan kepahitan pihak yang kalah dalam pergumulan siasat. Namun perlu diletakkan sebagai sarana pengingat dan pembelajaran. Karena sejarah akan mudah terhapus jika saja tak ada yang mencatatnya.
Pun tak perlu baper saat buku ini disebut sebagai sampah. Sebab sampahpun berkontribusi dalam menumbuhsuburkan tanaman yang memberikan kesegaran kepada siapapun yang menghirup oksigen yang dihasilkannya dan menyejukkan setiap mata yang memandangnya.
___
Baca juga artikel lainnya :
- Tepis Anggapan Kritis karena Tak Dapat Kursi, Ini Deretan Kritik SAS ke Rejim Jokowi Jilid I
- Di mana Banser Saat Banjir Melanda? Ada Kok!
- Krisis Xinjiang: Laporan Wall Street Journal, NU-Muhammadiyah, dan Ladang Minyak Junggar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H