Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di mana Banser Saat Banjir Melanda? Ada Kok!

4 Januari 2020   06:34 Diperbarui: 5 Januari 2020   22:10 2133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat pagi saya kembali dapat melewati Jl. Jatinegara Barat saat berangkat kerja. Sehari sebelumnya, arus kendaraan ke arah Jl. Matraman dialihkan melalui salah satu lajur di Jl. Jatinegara Timur yang biasanya mengarah ke terminal Kampung Melayu. Pengalihan arus dilakukan akibat adanya luapan sungai Ciliwung yang melintas di wilayah itu.

Tenda Kemanusiaan FPI

Banyaknya kendaraan mengakibatkan pelannya laju lalu lintas. Di samping itu, tak difungsikannya salah satu lajur menjadi penyebat melambatnya arus dari arah Kampung Melayu. Di lajur itu terparkir banyak kendaraan yang diantaranya mungkin adalah milik para korban banjir yang dievakuasi. Selain itu, terdapat tenda-tenda yang dibangun untuk kegiatan kemanusiaan. 

Di depan kios-kios yang biasanya dipadati oleh kegiatan jual beli itu, terdapat korban banjir dengan berbagai aktivitasnya. 

Salah satu tenda yang berdiri di sana adalah milik Front Pembela Islam. Kelompok yang selama ini dielu-elukan oleh sebagian orang sebagai garda depan dari elemen masyarakat yang membantu dalam penanganan korban bencana.

Di media sosial, sebagian pengagum fron ini kerap menanyakan keberadaan kelompok lain saat bencana datang. Mungkin orang-orang itu hendak menunjukkan kepada publik --melalui media sosialnya-- mengenai besarnya manfaat yang ditimbulkan oleh organisasi yang dimusuhi dan dituntut dibubarkan. 

Hasil tangkapan layar Google | Dokpri
Hasil tangkapan layar Google | Dokpri
Ada juga yang menganggap FPI jadi korban diskriminasi pemberitaan oleh media-media arus utama karena keengganan mereka dalam memberitakan aktivitas sosial ormas pimpinan yang didirikan Habib Rizieq itu.

Padahal faktanya ada saja yang memuat aktivitas FPI di media arus utama. Meski hanya satu atau dua.

Nyinyir dan Nyinyir, Apa yang telah Merasukimu?

Kelompok lain yang biasa moncer di media sosial saat terjadinya bencana yaitu Banser. 

Badan otonom (Banom) di bawah fron kepemudaan NU --GP Ansor-- itu oleh sebagian orang malah digelari musuh karena aktivitasnya yang dinilai memusuhi sebagian umat Islam.

Tunggu dulu! Siapa umat Islam yang dikatakan sebagai musuh Banser?

Apakah kelompok lain seperti Muhammadiyah, Kokam, Pemuda Pancasila? Atau ormas kepemudaan agama lain? Atau para kiai, habaib, ustadz dan sebagainya? Ataukah para aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Salafi?

Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siroj dalam sebuah pernyataan mengungkapkan bahwa para habaib haruslah dihormati, tak terkecuali Habib Rizieq. 

Ketum GP Ansor pun mengatakan bahwa selama ini Banser merasa tak ada masalah dengan FPI.

"Selama ini Banser tidak pernah punya masalah dengan FPI. Saya selalu katakan di mana-mana Banser itu tidak bermusuhan dan tidak berkawan dengan FPI selama ini. Posisi kita netral saja," kata Yaqut Cholil Qoumas di gedung DPR Senayan Kamis (31/10/2019) sebagaimana dikutip Detik.

Meski begitu, perbedaan antara NU dan FPI dalam beberapa hal seperti nahi munkar dan sikap politik menjadikan hubungan keduanya mengalami pasang surut.

Mengenai gesekan dengan HTI, itu sudah menjadi rahasia umum. HTI memiliki paradigma kenegaraan yang bertolak belakang dengan NU. NU yang mengakui "kekhalifahan" pemimpin Indonesia yang dipilih melalui proses demokrasi tidak akan bisa hidup berdampingan dan berdiam diri dengan kehadiran HTI yang tak mengakui model kepemimpinan seperti itu. 

Sementara friksi dengan para pendakwah aliran Salafi lebih kepada perlakuan mereka terhadap perbedaan-perbedaan dalam hal tradisi keislaman dan ibadah-ibadah ghairu mahdhah yang sifatnya furuiyyah. Salafi yang frontal dalam dakwahnya, kerap menimbulkan antipati dari golongan Islam lain bukan saja NU.

Hal itulah yang diketengahkan oleh sebagian orang dengan kalimat tendensius bahwa Banser memusuhi umat Islam.

Dan saat banjir melanda DKI, merekapun kemudian mempertanyakan peran Banser dengan tendensi merendahkan peran pasukan sipil berbaju loreng itu.

Posko Siaga Banjir yang didirkan Banser (Bagana, Banser Tanggap Bencana) | Foto NU Online
Posko Siaga Banjir yang didirkan Banser (Bagana, Banser Tanggap Bencana) | Foto NU Online
Sebenarnya tak membutuhkan hati yang bersih untuk dapat menemukan fakta lapangan tentang keterlibatan banom NU itu. Cukup searching via google, selesai. 

Di suasana duka ini, hendaklah kita mencegah diri dari aktivitas yang menjauhkan antara sesama hanya karena ingin meninggikan satu pihak dan merendahkan pihak lain. Padahal segala macam nyinyiran itu bisa saja justru datang dari ketidaklengkapan informasi yang kita punya.

Atau sebaiknya kita nyinyir pada diri sendiri saja sembari mempertanyalan hal yang sudah kita lakukan untuk saudara-saudara kita selain posting foto di media sosial.

Baca juga artikel lainnya :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun