Pelantun tembang reliji, Haddad Alwi mengalami tindakan tak mengenakkan saat hadir dalam acara haul ke-8 Habib Abdullah bin Zein Alatas di Sukabumi, Jawa Barat (Senin 16/12/2019). Dia diminta turun oleh sekelompok orang saat mengisi acara di atas panggung.
Pengacara pelantun "Ummi" itu, Muannas Al-Aidid mengatakan bahwa kliennya itu dipaksa turun karena dituduh sebagai pengikut syiah, sebuah mazhab minoritas di Indonesia*. Ia pun menuding bahwa pengusiran itu dilakukan oleh kelompok anti salawat yang selama ini berseberangan dengan kaum Islam tradisional, Nahdlatul Ulama.
Tudingan Syiah yang Tak Lekang oleh ZamanÂ
Pemimpin Front Pembela Islam (FPI), Muhammad Rizieq Syihab (Habib Rizieq), pernah mengangkat tulisan singkat bertema syiah ini. Di dalamnya, ia membagi Syiah menjadi 3 golongan yakni ghulat, rafidhah dan mu'tadilah.Â
Syiah ghulat adalah golongan ekstrim yang dalam praktek keagamaannya sampai dengan menuhankan khalifah ke-4 yang sekaligus menantu Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib. Penganut syiah ini disebutnya telah keluar dari Islam alias kafir.
Golongan ke dua, rafidhah, yang ditandai dengan perilakunya yang kerap merendahkan sahabat Nabi terutama Abu Bakar al-Shiddiq dan Umar ibn al-Khathab. Sementara kelompok ke tiga adalah syiah yang berpikir moderat.Â
Ahlul Bait Indonesia (ABI) dalam tanggapan yang diunggahnya di website* menyebut klasifikasi oleh Habib Rizieq itu sebagai sebuah pemikiran ilmiah yang pantas dihargai sekaligus perlu dikaji lebih jauh. Selanjutnya mereka menjamin bahwa syiah ghulat yang disebut oleh Habib Rizieq tidaklah eksis di Indonesia. Dan ABI pun menghukumi mereka sebagai kafir karena perbuatannya itu.
ABI juga menyatakan bahwa mayoritas pengikut syiah di Indonesia adalah mu'tadilah yang menghargai seluruh figur yang dihormati dan dimuliakan umat Islam sunni di Indonesia.Â
Habib Rizieq pun satu kali pernah mendapatkan tuduhan sebagai dedengkot syiah. Tuduhan itu bermula pada fotonya bersama beberapa tokoh saat berkunjung ke Iran pada Mei 2006.Â
Selain tokoh FPI itu, Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj pun tak luput dari fitnah serupa. Tudingan itu pun diklarifikasi dalam sebuah forum/halaqah yang diadakan oleh Forum Kiai Muda (FKM) Jawa Timur pada Oktober 2009. Dalam forum itu pun, lulusan S3 Universitas Umm al-Qura Saudi Arabia itu pun diklarifikasi sebagai pengikut ahlussunnah wal jamaah atau sunni*.Â
NU, Syiah minus Imamah
Meski berbeda dalam nahi munkar dan langkah politik, sebenarnya NU dan FPI adalah sama dalam aqidah dan fiqih. Dua ormas ini berada di bawah payung Asy'ariyah dalam aqidah dan menjadi pengikut Imam Syafi'i dalam fiqih. Asy'ariyah adalah mazhab yang dinisbatkan kepada imam Abu al-Hasan al-Asy'ari yang berjasa dalam kodifikasi ajaran ahlussunnah di tengah masifnya paham mu'tazilah di masa dinasti Abbasiyah.
Gus Dur dalam sebuah ungkapannya menyebut NU sebagai syiah minus imamah.  Kiai muda NU, Muhammad Idrus Ramli, justru menerjemahkan istilah Gus Dur di atas sebagai sebuah perbedaan yang signifikan antara NU dan Syiah*.
Dikatakannya bahwa perbedaan mengenai imamah itu pada gilirannya menyebabkan perbedaan rukun Islam dan rukun Imam serta banyak permasalahan lainnya. Perbedaan yang sejatinya teramat mendasar antara NU yang sunni dan syiah.
Meski begitu, orang awam akan tetap dengan mudah mengaitkan NU dengan syiah apalagi melihat profil KH. Said Aqil Siradj yang cukup toleran dengan kelompok itu.Â
Sumber klik tanda *
Baca juga artikel lainnya :
- Din Syamsuddin: "Pancasila Harga Mati" Pun Radikal
- Kasus Habib Jafar Shodiq: Yang Hilang dari Mimbar Keagamaan
- Krisis Xinjiang: Laporan Wall Street Journal, NU-Muhammadiyah, dan Ladang Minyak Junggar
- Penghargaan terhadap Colosseum, Anies Lakukan "Test the Water"?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI