Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Banser Benar tentang Bendera HTI : Sebuah Analogi Sederhana

5 November 2019   16:09 Diperbarui: 6 November 2019   12:32 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewan Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir Indonesia | Foto detikcom

Muktamar HTI yang diselenggarakan di Senayan Jakarta, Juni 2013 | Foto detikcom
Muktamar HTI yang diselenggarakan di Senayan Jakarta, Juni 2013 | Foto detikcom
Saya pribadi telah mengenal HTI sejak masa kuliah. Saat itu, di awal tahun 2000-an, ada seorang teman indekos yang aktif sebagai anggota HTI. Lalu di tahun-tahun berikutnya saat ada kegiatan unjuk rasa yang diselenggarakan oleh elemen HTI, bendera itu pasti berkibar di dalamnya. Sehingga lekatlah imej HTI dengan lambang itu. Pas dengan analogi tentang mazhab di atas. 

Dari sini pantaslah kita bertanya kepada para pembela bendera tauhid yang beranggapan bahwa Banser menggugat bendera tauhid. Masuk akalkah jika ada sekelompok muslim yang menolak bendera tauhid sebagaimana yang dituduhkan kepada Banser tanpa ada peringatan keras dari para sesepuh NU? 

Dan logiskah jika ada yang mengatakan bahwa bendera HTI yang sesungguhnya adalah sebuah kain berlatar putih yang di dalamnya tergambar liwa' dan rayah serta tertulis kalimat "Hizbut Tahrir Indonesia", dengan kata lain bendera HTI adalah sebuah bendera di dalam bendera? 

Terakhir, jika memang para penolak HT dan HTI begitu dungu sehingga tak bisa membedakan bendera tauhid dan bendera tauhid yang dipinjam, mengapa mereka tak menuduh Arab Saudi sebagai induk dari gerakan khilafah itu? Wong wujudnya sama, sebentang kain dengan tulisan kalimat tauhid di atasnya. Hanya beda warna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun