Pada episod rebutan kekuasaan alias pilpres setengah tahun lalu, pekat sekali dengan perseteruan para pendukung masing-masing calon yang kerap disebut cebong untuk pendukung Jokowi dan kampret bagi pendukung Prabowo.Â
Lambang pabrikan mobil ini secara gamblang mencerminkan dikotomi yang harusnya sudah dihilangkan. Pun bisa dikatakan bahwa Esemka telah meminjam nama bangsa untuk kepentingan golongan. Betapa tidak.. Katanya mobil produksi anak bangsa, tapi kenyataannya produk kecebong. Eh?!Â
4. Produk RebadgeÂ
Tentu pembaca tahu tentang berita rebadge ini. Yak, benar! Esemka Bima sebenarnya -konon- adalah rebadge dari produk serupa asal China, Changan Star Truck.Â
Meski hal itu dibantah oleh Presdir PT. SMK dan mendapat pembelaan pula dari pejabat teras Gaikindo. Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi menyatakan keheranannya atas nyinyiran publik terkait kemiripan Esemka dan Changan.
"Saya bingung kenapa dinyinyirin, seharusnya bangga karena diproduksi di Indonesia. Berarti, ada investasi yang diikuti oleh penyerapan tenaga kerja sehingga bisa meningkatkan devisa negara," kata Nangoi sebagaimana dilansir Kompas.Â
Ditambahkannya bahwa kemiripan produk itu hal lumrah dalam dunia otomotip. Dalam kasus ini, asalkan produksi dan penggunaan komponen mobil melibatkan industri di dalam negeri, tidaklah menjadi masalah.Â
Nah, setidaknya 4 faktor di atas dijadikan pertimbangan untuk tak merintis mobil anak bangsa. Dan ada baiknya kita yakin bahwa memiliki industri penghasil produk otomotip dalam negeri, apalagi ditujukan salah satunya untuk mendukung sektor riil seperti pendukung usaha pertanian, adalah usaha yang tak sepenuhnya efisien.Â
Wong produk dari luar negeri sudah banyak kok, tinggal beli saja napa?
-----