Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Mangan Ora Mangan, Kumpul"

7 Agustus 2019   18:55 Diperbarui: 9 Agustus 2019   15:55 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Gunung Merapi dan Merbabu di lihat dari persawahan di kampung halaman | Dokpri

Semalam, seorang sepupu dari Jawa Timur datang ke Jakarta untuk keperluan wawancara kerja. Dia kirim kabar melalui whatsapp bahwa dirinya dipanggil sebuah perusahaan tour and travel di kawasan Jatinegara. Berbekal google maps, saya coba cari lokasi tepatnya berdasarkan alamat yang dikirimkannya. Dan ternyata tempatnya tak jauh dari rute saya saat berangkat ke kantor. Alhasil, pagi tadi, saya antarkan dia sampai ke lokasi. 

Sepintas, saya jadi ingat kenangan sekitar 15 tahun lalu. Saat pertama kalinya saya menginjakkan kaki di ibu kota dengan tujuan yang sama. 

Sejatinya, selepas lulus kuliah, tak terbersit sepersen pun keingingan untuk bekerja di Jakarta. Disamping karena jauh dari tempat asal, saya berpikir bahwa siapapun yang berkarir di Jakarta pastilah orang terbaik dari daerahnya masing-masing. Dan saya merasa tidak memiliki persyaratan itu sehingga tak muncul kepercayaan diri untuk mengadu nasib di sini. 

Namun apa daya, Tuhan berkehendak lain. Sebuah perusahaan konsultansi sekaligus kontraktor gedung sudi menerima saya yang hanya memiliki 1 tahun pengalaman kerja. 

Tak lama bekerja di Jakarta, saya menemukan sebuah kesempatan untuk balik ke daerah asal. Yakni melalui sebuah lowongan pekerjaan yang akan menempatkan pegawainya di Jawa Tengah. Nampaknya Tuhan benar-benar mengabulkan yang ada di pikiran saya sejak pertama kali diterima bekerja di Jakarta. Pulang kampung. 

Hal yang ada di pikiran saya saat menerima telepon dari bagian kepegawaian perusahaan konsultan dulu itu ternyata bukan saja tentang pekerjaan yang akan saya geluti. Namun juga menyusun jadwal pulang kampung. 

Waktu berjalan. Selama kurang lebih 3 tahun kepulangan saya ke Jawa Tengah, ternyata Jakarta kembali menjadi tempat pergumulan saya dengan profesi. Hingga kini. 

Pemandangan Gunung Merapi dan Merbabu di lihat dari persawahan di kampung halaman | Dokpri
Pemandangan Gunung Merapi dan Merbabu di lihat dari persawahan di kampung halaman | Dokpri
Periode keberadaan saya di Jakarta yang ke dua mulai dari 2010 hingga saat ini. Entah sampai kapan. Yang pasti... asa saya 15 tahun lalu masih tetap hidup di hati. Merasakan suasana kampung menjadi keinginan yang sementara ini cukup dipendam. 

Kepulangan ke kampung halaman selalu menjadi sebuah episod menyenangkan. Berkumpul kembali bersama orang tua, saudara dan jauh dari hiruk pikuknya kota adalah sebuah kehidupan dengan imej ideal bagi saya. 

Apalagi di masa senjanya, orang tua --terutama ibu-- selalu merasa ingin tak jauh dari pitra putrinya. Tak perlu ditanya, hal itu sudah terungkapkan dengan sendirinya dari percakapan kami melalui telepon atau candaannya dengan cucu-cucunya melalui video call. 

Terbayang sukacitanya melihat tingkah polah cucunya yang tak saban hari disaksikannya. Keceriaan anak-anak nampak menular ke relung hati mereka. Dan semua itu berubah kala tiba waktunya kami kembali ke ibu kota. Meninggalkan mereka dengan kenangan sang cucu yang berlari dari dapur ke teras rumah sambil bersuara-suara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun