Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Menolak Tua ala Valentino Rossi

24 Juli 2019   19:48 Diperbarui: 30 Juli 2019   17:32 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Valentino Rossi | Foto brilliantread.com

Daniel Pedrosa, mantan pebalap Motogp yang selama karirnya membela Honda itu akhirnya memutuskan pensiun pada 2018 lalu. Spaniard yang berhasil memberikan 1 gelar juara dunia kelas 125 cc (2003) dan 2 gelar di kelas 250 cc (2004 dan 2005) itu kini memilih untuk menjadi test rider pabrikan Austria, KTM.

Pedrosa mengawali karirnya pada 2001 di kelas capung dan mengakhirinya di penghujung 2018 lalu. Sebagian besar waktunya di Motogp dihabiskan bersama tim utama Honda, Repsol Honda Team. Bisa jadi, pebalap satu ini adalah rider terlama yang 'ditahan' Honda di kelas premier. Bersama Repsol, Pedrosa sukses menempati posisi ke-2 klasemen akhir sebanyak 3 kali.

Sementara itu, Marco Melandri yang kini membalap di World Superbike mengumumkan akan undur diri dari dunia balap pada tahun depan. Pebalap yang akrab disapa Maccio itu mengawali karir profesionalnya di ajang balap prototype pada 1998 saat dia membalap untuk Honda di kelas 125 cc. Gelar juara dunia GP 250 cc digenggamnya pada 2002 saat dia membela Aprilia.

Prestasi terbaiknya di kelas para raja diraih pada 2005 saat pebalap kelahiran Raveena Itali itu menduduki posisi runner up dan menjadi penantang terkuat Valentino Rossi yang memacu Yamaha.

Baik Pedrosa maupun Melandri mengawali langkahnya di grandprix motor setelah Rossi menjadi juara di kelas 125 cc dan 250 cc.

Si Tua yang Menolak Rehat
Di gelaran Motogp, Valentino Rossi bukanlah seorang yang bisa dikatakan muda lagi. Usianya yang terpaut belasan tahun dengan pebalap lain menunjukkan bahwa dia adalah manusia spesial di lintasan. Baik spesial dari segi umur maupun dari jam terbangnya.

Rossi adalah representasi dari kepiawaian seorang pebalap sekaligus entertainer karena aksi-aksi hebohnya yang tak disajikan oleh pebalap lain. Dia mampu membuat garasi Honda lebih enjoyable daripada saat Mick Doohan menghuninya.

Kini, the Doctor tak muda lagi. Dan hal itu membuatnya tak lagi diharapkan menjadi pemuncak. Termasuk oleh Lin Jarvis sekalipun, orang nomor 1 di Movistar Yamaha Team.

Menanggapi performa Rossi, Jarvis mengatakan bahwa masa depan Yamaha di Motogp bukanlah bersama Rossi lagi. Dan pabrikan berlambang garputala itu disebut tengah mencari pengganti sosok Rossi untuk dapat mengembalikan pamor mereka seperti beberapa tahun lalu.

Namun Carlo Pernat, mantan Direktur Olahraga Aprilia yang pada 1996 menemukan bakat Rossi dan membawakannya kontrak bersama Aprilia, menolak pendapat Jarvis.

Dia mengatakan bahwa kesalahan yang terjadi bukan terletak pada kemampuan Rossi semata namun lebih kepada kemampuan timnya. Meski Rossi sendiri menolak untuk merubah susunan timnya dalam menghadapi paruh musim ke dua.

Semenjak Jeremy Burgess mundur dari squad Rossi pada 2013, Silvano Galbusera didapuk menjadi kepala kru Rossi di garasi Yamaha. Rossi dan Burgess menjadi duet maut dengan menguasai Motogp pada tahun 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2008, dan 2009.

Rossi, Magnet bagi GP Motor
Terlepas dari apa yang dikatakan Jarvis ataupun Pernat, Rossi saat ini bukanlah orang yang sama dengan Rossi pada 10 tahun lalu. Meski begitu, kehadirannya baik di lintasan maupun kabarnya di luar lintasan masih menarik perhatian.

Tak bisa ditampik, pebalap kelahiran Urbino 40 tahun lalu itu menorehkan berbagai rekor yang diantaranya telah terpecahkan oleh generasi setelahnya.

Hingga kini, Rossi menjadi pebalap dengan perolehan kemenangan terbanyak di semua kelas dengan 89 kemenangan. Mengungguli legenda grandprix motor, Giacomo Agostini yang mengoleksi 68 kemenangan dan Mick Doohan dengan 54 kemenangan. Sementara Marc Marquez menguntit di posisi ke-4 dengan 49 kemenangan dan diikuti Jorge Lorenzo dengan 47 kemenangan.

Publik pun akan mengenang Rossi karena perseteruannya dengan rekan senegaranya, Max Biaggi, perang dinginnya dengan rekan setimnya kala itu, Jorge Lorenzo ataupun clash-nya dengan Marc Marquez.

Persaingan Rossi-Gibernau yang beberapa kali tertangkap kamera menyajikan classic battle adalah aksi yang tetap mengasikkan untuk ditonton. Kenekatannya di atas lintasan seperti saat menendang pebalap Jepang, Yasu Hatekayama di sesi kualifikasi GP Argentina 1998 akan diingat orang sebagai gelora darah muda Rossi.

Pada rehat pertengahan musim, para valentinik nampaknya menabung harapan untuk menyaksikan kiprah Rossi di setengah musim ke depan. Jika tak ada aral, Rossi akan mendampingi Yamaha hingga 2020.

Saat itu, Rossi akan jauh melampaui usia aktip Giacomo Agostini di grandprix motor yang hanya sampai umur 35 tahun atau Collin Edwards yang membalap hingga usia 40 tahun. Yang berarti juga tengah berupaya mengejar rekor pebalap Inggris kelahiran Belfast, Jeremy McWilliams yang membalap hingga usia ke-43.

Valentino Rossi, sang fenomena.

Baca juga artikel lain:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun