Ramadhan Usai, Antar Sedih dan Gembira
Dari 2 jenis puasa di atas (khushush dan khushusil khushush), secara sadar diri tak mungkin kita merasa bahwa puasa kita masuk ke katagori khushusil khushush. Dan puasa jenis pertama (khushush) pun kita ragu apakah pantas kita pantas menyandangkan. Sehingga mungkin kita hanya memenuhi kriteria puasanya orang-orang biasa/awam yang hanya sekedar menghindarkan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.Â
Kita kerap berkata, "Eh, jangan bohong, lagi puasa lho", namun kita masih akan menggunjing orang lain atau memfitnah hanya karena perbedaan orientasi politik misalnya, baik lewat lisan maupun tulisan. Dan dengan melihat hal itu, bukan tak mungkin sebenarnya kita masuk ke dalam golongan orang-orang yang bergembira saat Ramadhan berakhir.Â
Kita tak melihat puasa sebagai sarana untuk meng-upgrade kualitas diri namun sebatas pada pelaksanaan kewajiban saja. Ketergiuran kita terhadap janji-janji Allah seolah memiliki expired date sehingga semangat kita hanya berlaku untuk kurun waktu tertentu. Sehingga nantinya semua "perbuatan tak standar" yang kita laksanakan di dalam bulan Ramadhan seperti frekuentatipnya qiyamullail, baca Quran dan sebagainya tak berlanjut selepas Ramadhan usai. Dan kita kembali ke kondisi awal dimana semuanya standar-standar saja dan lebih parah lagi kita tak sungkan lagi berkata dusta atau menggunjing karena merasa tak terancam dengan hilangnya pahala puasa.
Dan tujuan puasa pun nihil dari keberhasilan. Karena perginya Ramadhan tak menimbulkan perasaan kehilangan sebagaimana sedihnya kita saat kehilangan kesempatan untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga kita di kampung halaman.
Mari mengintrospeksi diri. Semoga jika diberi kesempatan bertemu Ramadhan di tahun depan, kita dapat menggunakannya sebagai momen menempa diri sehingga akhirnya kita masuk ke dalam golongan yang benar-benar meraih kemenangan dengan menjadi pribadi yang lebih baik bukan sekedar kemenangan semu yang menjadikan Idul Fitri sebagai momen seremonial lepas dari Ramadhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H