Itu keputusan hak prerogatif presiden, saya tidak akan nggege mungso (mendahului kenyataan). Tapi kalau memang ditugaskan, lha wong kita disuruh hadang HTI saja siap, apalagi jadi menteri,"ujar Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas.
Kemenangan Jokowi - JK pada event pemilihan presiden tahun 2014 lalu, tak lepas dari dukungan partai politik berbasis massa NU terutama partai pimpinan Muhaimin Iskandar, PKB. Megawati sebagai orang nomor 1 di partai pengusung Jokowi pun mengomentari dukungan yang diulurkan oleh Cak Imin itu dengan istilah kembalinya si anak hilang.
Pada 2019, Menakertrans pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono itu kembali mengarahkan PKB dalam memberikan dukungan kepada Jokowi. Partai berbasis massa NU lain, PPP, pun sejalan dengan PKB setelah Romahurmuzy ditetapkan sebagai ketua umum partai berlambang ka'bah yang sah.
Dukungan itu secara logis tak lepas dari lebih terakomodirnya kepentingan warga NU pada masa pemerintahan Jokowi - JK. Ditetapkannya Hari Santri Nasional untuk menandai peran santri pada masa kemerdekaan, pengadaan dan penyaluran kredit ultra mikro (UMi) atau dukungan terhadap Islam Nusantara bisa diambil sebagai contoh dari wujud apresiasi pemerintahan terhadap kontribusi NU.
Manuver PKB bukan tanpa resistensi. Ada sebagian kalangan di internal NU yang menganggap ormas Islam terbesar itu telah dipolitisasi sehingga menyuarakan kembali khittah 1926Â sebagai tanda bahwa NU yang tak terlibat politik praktis. Dalam praktiknya, sebagian orang yang terlibat dalam kelompok ini secara terang-terangan memberikan dukungan terhadap Prabowo karena mengharapkan kekalahan Jokowi.Â
(Baca : NU, Terbelah karena Politik? )
Namun kini nampaknya suara itu tersisihkan dengan euforia kemenangan Jokowi yang menggandeng mantan Rais Am PBNU, KH. Ma'ruf Amin.Â
GP Ansor, Kiprah dan Skenario MenteriÂ
Itu keputusan hak prerogatif presiden, saya tidak akan nggege mungso (mendahului kenyataan). Tapi kalau memang ditugaskan, lha wong kita disuruh hadang HTI saja siap, apalagi jadi menteri,"ujar Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas saat berpidato di depan para peserta silaturahmi pengurus Ansor se-Jawa Timur di Surabaya, Minggu (2/6/2019) lalu, sebagaimana diberitakan Viva.
Pada masa kepemimpinannya, di bidang keagamaan GP Ansor masih konsisten menyuarakan basic concern NU terhadap "radikalisme" Salafi - Wahabi.Â