Enam tahun ternyata bukan waktu yang akomodatip untuk mempelajari kehidupan bersama. Jika diekuivalenkan dengan perkuliahan, durasi segitu lamanya sudah mencakup keseluruhan SKS, setahun lagi drop out kalau di perguruan tinggi negeri --jika aturannya belum berubah selama 17 tahun belakangan.Â
Jadi benar kata seorang teman, mempelajari kehidupan berumah tangga itu ya selama umur rumah tangga itu sendiri. Karena yang dihadapi tidaklah bersifat konstan namun dinamis sesuai dengan perubahan yang terjadi di dalamnya. Masalah yang terjadi saat masih hidup berdua tentu tak sama dengan masalah yang ditemui saat hadir anak pertama. Pun permasalahan yang muncul saat tahun pertama, ke dua atau tahun ke sekian jika pasangan belum dikaruniai keturunan bisa jadi berbeda.Â
Bercermin dari itu semua, aku hanya berharap agar kami bisa seterusnya saling mengerti sehingga tercipta suasana yang sejuk meski cuaca membuat rumah kami terasa sumuk (panas - Jawa). Pengertian itu termasuk legowonya istriku saat suaminya tak pandai memberikan pujian padanya. Mungkin aku bukan termasuk pria romantis seperti pria-pria dalam film India. Tapi aku punya asa untuk membuatnya merasa tenang saat berada di sampingku sambil mengasuh anak-anak kami di rumah sederhana ini. Itu saja.